BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber
Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu,
tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional,
sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat
Indonesia diperkirakan penderita
DM
ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada
seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM
belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun
diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain
komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak,
system saraf, hati, mata dan ginjal.
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. Ada 2 macam type DM :
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. Ada 2 macam type DM :
DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin.
DM ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi
karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada
insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan
baik, kadar
insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
DM tipe 3 atau disebut Diabetes mellitus
gestasional (bahasa Inggris: gestational
diabetes, insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes
which has progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of
adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes
melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan,
dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada
lintasanpatogenesisnya.GDM
mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita
penderita GDM bertahan hidup
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atasdapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1.2.1 Apa pengertian Diabetes Militus(DM)?
1.2.2 Apa
saja type Diabetes Militus?
1.2.3 Apa saja tanda – tanda dan gejala Diabetes Militus?
1.2.4 Apa saja faktor penyebab Diabetes Militus?
1.2.5
Bagaimana cara pengobatan dan penangan Diabetes Militus?
1.2.6
Bagaimana hubungan Diabetes Militus dengan anggota tubuh?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, tujuan yang dicapai dari
penelitian
ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian
Diabetes Militus
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja type
Diabetes Militus
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja tanda – tanda
dan gejala Diabetes Militus
1.2.4 Untuk
mengetahui apa saja faktor penyebab Diabetes Militus?
1.3.5 Untuk
mengetahui cara pengobatan dan penangan Diabetes Militus
1.3.6 Untuk mengetahui hubungan
Diabetes Militus dengan anggota tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi
pada membran basalis dalam pemerikisaan dengan mikroskop elektron (Arief
Manjoer, 280).
Diabetes mellitus adalam suata keadaan atau kumpulan karena adanya
jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis
yang disebab oleh infeksi.
B. Etiologi
a.
Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin tetapi determinan genetik biasanya memegang
peranan penting pada mayoritas diabetes mellitus, faktor lain yang dianggap
sebagai kemungkinan etiologi diabetes mellitus adalah :
1.
Kelainan sel b pankreas, berkisar dari
hilangnyaa sel b
sampai kegagalan sel b melepas insulin.
2.
Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fuingsi sel b
antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3.
Gangguan sistem imunitas, sistem ini dapat dilakukan
oleh automunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi. Antipankreatik dan
mengakibatkan kerusakan sel-sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan
kepekaan sel b
oleh virus.
4.
Kelainan insulin pada pasien obesitas terjadi gangguan
kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang
terdapat pada membran sel yang responsif terhadap insulin.
b.
Gangren kaki diabetik
Faktor-faktor
yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi menjadi faktor
endogen dan eksogen :
1.
Faktor endogen
1)
Genetik, metabolik.
2)
Angiopati diabetik.
3)
Neuropati diabetik.
2.
Faktor eksogen
1)
Trauma
2)
Infeksi
3)
Obat
Klasifikasi
gangren kaki :
Warner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi 6
tingkatan, yaitu :
1.
Derajat 0 : tidak
ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan bentuk
kaki seperti “Clow, cailus”.
2.
Derajat I : ulkus
superfisial terbatas pada kaki.
3.
Derajat II : ulkus
dalam menembus tendon dan tulang.
4.
Derajat III : abses
dalam dengan atau tanpa osteomellitus.
5.
Derajat IV : gangren
jari kaki atau bagian distal dengan atau tanpa seillitis.
6.
Derajat V : gangren
seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki
menjadi 2 golongan :
1.
Kaki diabetik akibat
iskemia (KDI).
Disebabkan penurunan aliran darah ketungkai akibat
makroangiopati (arteroskeloris) dari pembuluh darah besar, ditungkai terutama
didaerah betis.
Gambaran klinis KDI :
a.
Penderita mengeluh
nyeri waktu istirahat.
b.
Pada perabaan terasa
dingin.
c.
Pulsasi pembuluh darah
kurang kuat.
d.
Didapatkan ulkus
sampai gangren.
2.
Kaki diabetik akibat
neuropati (KDN)
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan atonomik, tidak ada
gangguan dari sirkulasi klinis ini dijumpai kaki yang kering, hangat,
kesemutan, mati rasa, oedem kaki dengan pulsasi pembuluh darah teraba baik.
C. Patofisiologi
Ø Gangguan
pada pembentukan insulin.
Ø Herediter ± 25%.
Ø Gangguan pada otot.
¯
Sel b pankreas rusak
¯
Defisiensi insulin berat
|
|||||||
Penurunan ambilan glukosa
¯
|
|
Peningkatan cipodisis
¯
|
|
|
Peningkatan katabolisme protein
¯
|
||
Hiperglikemik
|
Hiperosmolalitas
|
Peningkatan asam lemah hebat
|
Peningkatan gliserol
|
Peningkatan asam amino
|
|||
|
|
¯
|
|
|
¯
|
||
Diuresis
osmotik
|
|
Peningkatan ketogenesis
|
Peningkatan ketonuria
|
Glikoneogenesis
¯
|
|||
|
|
¯
|
|
|
Vasokulopati
|
||
Kehilangan hipotonik
|
|
Ketoasidosis
|
|
|
¯
|
||
¯
|
|
¯
|
|
|
Gangguan
|
||
Penipisan volume
|
|
Asidosis metabolik
|
|
|
penyembuhan ulkus
|
||
¯
|
|
¯
|
|
|
|
||
Resiko syok hipovolemik
|
|
Nafas kasmaul
|
|
|
|
||
|
|
¯
|
|
|
|
||
|
|
Gangguan pola
|
|
|
|
||
|
|
|
nafas
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kehilangan elektrolit cairan
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
D. Klasifikasi Diabetes Mellitus
1.
IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau
Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI)
Disebabkan oleh destruksi sel b pulau langerhans akibat proses autoimun atau produksi
insulin tidak ada atau sangat kurang, karena kerusakan sel b yang
luas (90%).
2.
NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau
Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)
Disebabkan kegagalan relatif sel b dan resistensi insulin.
Resistensi insulin diikuti payah sel b kemudian terjadi
resistensi insulin.
E. Manifestasi Klinis
Diagnosa
Diabetes Mellitus awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa poliphagi
(banyak makan), poliuria (banyak kencing), polidipsi (banyak minum) lemas dan
berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan klien adalah kesemutan
gatal dan impotensi pada pria, serta protatus vulva pada wanita.
F. Gejala Klinis
1.
Kesemutan.
2.
Gatal
3.
Mata kabur
4.
Impotensi pada pria
G. Diagnosis Diabetes Mellitus
1.
Ada gejala klasik
(Poliuri,
polidipsi, polipagi), pemeriksaan glukosa darah sewaktu (hasil > 200 mg% =
DM).
2.
Tidak ada gejala klasik diabetes mellitus
Periksa tes
toleransi glukosa bebas 75 gr glukosa.
Hasil
: -
Diabetes mellitus : - Puasa ³ 120 mg%
-
2 jam PP >> 200 mg%
Tes toleransi
glukosa terganggu.
-
Puasa < 120 mg%
2 jam PP 140 –
200 mg%.
H. Komplikasi
1.
Akut
a.
Koma hipoglikomi
b.
Ketoasidosis
c.
Koma hiperosmolar non ketotik.
2.
Kronik
a.
Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar : pembuluh
darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b.
Mikroangipati, mengenai pembuluh darah kecil,
retinapati diabetik, netropati diabetik.
c.
Neuropati diabetik.
d.
Rentan infeksi : Spt TBC, gingiutis dan ISK.
e.
Kaki diabetik.
I. Pengobatan
a.
Diet / perencanaan makan.
b.
Obat
c.
Latihan
d.
Edukasi
e.
Cangkok pangkreas
J. Pemeriksaan penunjang
Perlu dilakukan
pada kelompok resiko tinggu untuk diabetes mellitus yaitu :
1.
Kelompok usia dewasa tua (74 tahun).
2.
Obesitas.
3.
Tekanan darah meningkat.
4.
Riwayat keluarga diabetes mellitus.
5.
Riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >
400 gr.
6.
Riwayat diabetes mellitus pada kehamilan.
Pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar glukosa
darah puasa diikuti TTGO standart untuk kelompok istri hasil pemeriksaan
penyaringan (-), perlu pemeriksaan ulang tiap tahun, bagi pasien berusia >
45 tahun tanpa resiko, pemeriksaan penyaringan dapat dilakukan tiap 3 tahun.
Cara
pemeriksaan TTGO :
1.
Tiap hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
2.
Kegiatan jasmani sementara cukup tidak terlalu banyak.
3.
Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
4.
Pemeriksaan GDP.
5.
Berikan glukosa 75 gr yang dilarutkan dalam air 250 ml
lalu diminum dalam waktu 5 menit, periksa GD 1 jam dan 2 jam sesudah beban
glukosa.
6.
Selama pemeriksaan pasien yang diperiksa tetap
istirahat dantidak merokok.
DATA
DASAR PENGKAJIAN PASIEN
1.
Aktifitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan.
Tanda :
Taki kardia dan takipnea pada keadaan
istirahat atau dengan aktifitas.
Penurunan
kekakuan otot.
2.
Sirkulasi
Gejala :
Adanya riwayat hipertensi.
Ulkus pada
kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda :
Takikardia
Perubahan
tekanan darah postural.
Nadi yang
menurun atau tidak ada.
Disritmia.
3.
Integritas ego
Gejala :
Stres, tergantung pada orang lain.
Tanda :
Ansietas, peka rangsang.
4.
Eliminasi
Gejala :
Perubahan pola berkemih (Poliuria),
nakturia, nyeri tekan abdomen.
Tanda :
Urine encer, pucat, kuning, poliuri.
Urine berkabut,
bau busuk.
Abdomen keras,
adanya asites.
5.
Makanan dan cairan
Gejala :
Hilang nafsu makan.
Mual muntah.
Penurunan berat
badan lebih dari periode beberapa hari/minggu dan haus.
6.
Neurosensori
Gejala :
Pusing / pening.
Sakit kepala,
kesemutan.
Tanda :
Disorientasi, mengamuk, letargi,
stupor/kuma.
Aktifitas
kejang.
7.
Nyeri / kenyamanan
Gejala :
Abdomen yang tenang/nyeri.
Tanda :
Wajah meringis dengan palpitasi, tampak
sangat berhati-hati.
8.
Pernafasan
Gejala :
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan
atau tanpa sputum.
Tanda :
Lapas udara.
Batuk dengan
atau tanpa sputum purulen, frekuensi pernafasan.
9.
Keamanan
Gejala :
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda :
Demam, diaferosis.
Kulit rusak,
lesi/ulserasi.
10. Penyuluhan
atau pembelajaran
Gejala :
Faktor resiko keluarga, Diabetes
mellitus, penyakit jantung, hipertensi, penyembuhan yang lambat.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya
obstruksi pembuluh darah.
Tujuan :
Mempertahankan sirkulasi perifer gar tetap normal.
Kriteria hasil :
1)
Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler.
2)
Warna kulit tidak pucat atau cianosis.
3)
Oedema tidak terjadi.
4)
Sensorik dan motorik membaik.
Intervensi / Rasional :
1)
Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi.
Rasional : Dengan
mobilisasi meningkatkan darah.
2)
Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan
aliran darah.
Rasional : Meningkatkan
melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3)
Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa
; hindari diet tingi kolesterol, tehnik relaksasi dan penggunaan obat
vasokontriksi, menghentikan kebiasan merokok.
Rasional : Kolesterol
tinggi dapat mempercepat terjadinya orteroklerosis, merokok dpaat menyebabkan
terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari
stress.
4)
Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian
vasokilator pemeriksaan GD secara rutin dan terapi oksigen.
Rasional : Vasodilator
: meningkatkan
dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki.
Periksa GD : untuk
mengetahui perkembangan dan keadaan pasien.
2.
Gangguan pemenuhan
nutrisi (kurang dari) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang
kurang.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
1)
Berat badan dan tinggi
badan ideal.
2)
Pasien mematuhi
dietnya.
3)
Kadar gula darah dalam
batas normal.
4)
Tidak ada tanda-tanda
hiperglikemia atau hipoglikemia.
Intervensi / Rasional :
1)
Kaji status nutrisi
dan kebiasaan makan.
Rasional
: Untuk
mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien.
2)
Anjurkan pasien untuk
mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional
: Kepatuhan
terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia atau
hiperglikemia.
3)
Timbang berat badan
setiap seminggu sekali.
Rasional
: Mengetahui
perkembangan berat badan pasien.
4)
Identifikasi perubahan
pola makan.
Rasional
: Mengetahui
apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
5)
Kerjasama dengan tim
kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet yang ditetapkan.
Rasional : Pemberian
insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa kedalam jaringan sehingga gula
darah menurun.
3.
Perubahan sensori
persepsi resiko tinggi terhadap kerusakan sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/elektrolit.
Kemungkinan dibukti oleh :
Tidak dapat diterapkan adanya tanda dan pembuat
aktual.
Hasil yang diharapkan :
1)
Mempertahankan tingkat
mental.
2)
Mengenali dan
mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi / Rasional :
1)
Pantau tanda-tanda
vital dan status mental.
Rasional
: Sebagai
dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhu yang meningkat dapat
mempengaruhi fungsi mental.
2)
Jadwalkan intervensi
kesehatan agar tidak mengganggu waktu istirahat pasien.
Rasional
: Memperbaiki
daya pikir.
3)
Berikan tempat tidur
yang lembut.
Rasional
: Meningkatkan
rasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kulit.
4)
Pantu pasien dan
ambulasi atau perubahan posisi.
Rasional
: Peningkatan
keamanan pasien utamanya ketika rasa keseimbangan dapat dipengaruhi.
FORMAT PENGKAJIAN
Tanggal
Pengkajian : 16 Oktober 2014
A. DATA DEMOGRAFI
Nama : Tn. A L / P
Tempat, tanggal lahir : Halmahera-Maluku Utara, 05 Mei 1947
Pendidikan terakhir : SD.
Golongan Darah : O /
A / B
/ AB
Agama : Islam
Status Perkawinan : Cerai (mati) (cerai
: hidup/mati)
Alamat : Halmahera-Maluku Utara
Alamat sekarang : Desa Blongsong, Baureno-Bojonegoro.
Orang terdekat yang dapat
dihubungi : Tn. M. Kayat
Hubungan dengan usila : Saudara Ipar
Alamat : Desa Blongsong, Baureno-Bojonegoro
B.
RIWAYAT KELUARGA
a.
Genogram
Keterangan :
=
Laki-laki
|
=
Perempuan
|
=
Pasien
|
=
Laki-laki meninggal
=
Perempuan meninggal
C. DESKRIPSI KEKHUSUSAN
1.
Kebiasaan ritual
Pasien
rajin melaksanakan sholat 5 waktu.
2.
Status kesehatan yang umum selama setahun yang lalu :
Pasien
pernah mengalami Diabetes Mellitus.
3.
Status kesehatan yang umum selama lima tahun yang lalu
:
Sehat.
4.
Keluhan utama
Pasien
merasa kepalanya pusing.
a.
Provokatif paliatif
-
b.
Quality / Quantity
-
c.
Regio
-
d.
Severity scale
-
e.
Timming
-
f.
Alergi (catatan agen reaksi spesifik).
1)
Obat-obatan :
Pasien tidak pernah megalami alergi
obat-obatan.
2)
Makanan :
Pasien tidak pernah mengalami alergi
makanan.
3)
Faktor lingkungan :
Pasien tidak alergi terhadap ligkungan.
g.
Penyakit yang diderita
Pasien
mengalami penyakit Diabetes Mellitus.
D. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)
Indeks – Kazt :
1.
Aktivitas
Klien
bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari tanpa bantuan.
2.
Istirahat dan tidur
Klien
bisa tidur ± 8 jamtanpa
ada gangguan.
3.
Personal hygiene
Klien
mandi 2 x/hari, ganti baju 2 x/hari dan keramas 2 x/seminggu.
4.
Seksual
Pasien
masih mempunyai istri, tapi belum dikaruniai anak.
5.
Rekreasi
Klien
tidak pernah melakukan rekreasi.
6.
Psikologis
a.
Persepsi klien
Klien
merasa optimis terus.
b.
Konsep diri
Klien mengatakan bahwa dirinya patut di hargai.
c.
Emosi
Pasien jarang marah-marah dan senang tinggal dipanti.
d.
Adaptasi
Hubungan klien dengan perawat, karyawan, mahasiswa dan
pasien lain baik.
e.
Mekanisme pertahanan diri
Apabila
pasien merasa jenuh maka dia berkumpul dengan pasien lain dan menonton
televisi.
E. TINJAUAN SISTEM
1.
Keadaan umum
Baik.
2.
Tingkat kesadaran
Composmentis.
3.
Skala koma glasgow
456
4.
Tanda-tanda vital
a.
TD :
140/90 mmHg.
b.
N : 86
x/menit
c.
S : 360C
d.
RR : 20
x/menit
5.
Sistem pernafasan
a.
Keluhan
Pasien
tidak merasakan sesak nafas.
b.
Irama nafas
Irama
nafas pasien teratur.
c.
Suara nafas
Vesikuler
d.
Terpasang O2
Pasien
tidak terpasang O2
Lain-lain : Sistem pernafasan
pasien baik, karena tidak mengalami gangguan sesak nafas.
6.
Sistem kardiovaskuler
a.
Keluhan nyeri dada
Pasien
tidak mengalami nyeri dada.
b.
Suara jantung
Suara
jantung pasien normal lup-dup
c.
CRT
<
3 detik.
d.
Bunyi jantung
S1/S2
tunggal.
e.
JVP
Vena
jugularis bila ditekan tidak ada bendungan.
Lain-lain : Sistem kardio vaskuler
pada pasien normal karena tidak mengalami gangguan.
7.
Sistem persyarafan
a.
Keluhan pusing
Pasien
mengeluhkan pusing.
b.
Pupil
Isokor
c.
Reflek pupil
Ada
reflek pupil
d.
Kaku kuduk
Pasien
tidak mengalami kaku kuduk
e.
Kelumpuhan
Terdapat
kelumpuhan di ekstrimitas atas dan bawah sebelah kiri.
f.
Gangguan persepsi sensori
Pasien
tidak mengalami gangguan persepsi sensori.
Lain-lain : ---.
8.
Sistem perkemihan
a.
Keluhan
Pasien
sering kencing / poli uri.
b.
Produksi urine
Urine
pasien berbau khas
c.
Intake cairan
Oral 200 cc/ hari.
Lain-lain : Sistem perkemihan pasien normal dan tidak
mengalami gangguan.
9.
Sistem pencernaan
a.
Mukosa mulut
Lembab
b.
Abdomen
Peristaltik
15 x/menit.
c.
BAB
1
x/hari, konsisten lunak.
d.
Diet padat
-
Lain-lain : Pasien biasa makan 3x/hari
dengan menu yang disediakan oleh panti.
10. Sistem
muskoloskeletal dan integumen
a.
Pergerakan sendi
Pergerakan
sendi normal.
b.
Kelainan ekstrimitas
Tidak
terdapat kelainan pada ekstrimitas.
c.
Kelainan tulang belakang
Tidak
ada
d.
Fraktur
Tidak
ada
e.
Traksi/spalk/gips
Tidak
ada
f.
Kompartemen sindrome
Tidak
ada
g.
Kulit ikterik
Tidak
ada
h.
Akral
Hangat
i.
Luka
Tidak
ada
j.
Turgor
Baik-baik
Lain-lain : ----
11. Sistem
endokrin
a.
Pembesaran kelenjar tyroid
Tidak
ada
b.
Pembesaran kelenjar getah bening
Tidak
ada
Lain-lain :
Sistem endokrin pasien normal karena tidak mengalami gangguan
F. STATUS KOMUNITIF / AFEKTIF / SOSIAL
1.
Short Portebh Mental Status Questionare (SPMSI)
Tidak
ada kerusakan intelektual sedang.
2.
Mini Mental State Exam (MMSE)
Tidak
adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut.
3.
Inventaris depresi beck
Normal
(tidak ada depresi).
4.
APGAR Keluarga
Normal.
G. DATA PENUNJANG
Cek
Gula Darah atau GDA (165).
H. PROSES KEPERAWATAN
1.
Dx. Kep 1 : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria :
Berat badan dan
tinggi badan ideal.
Pasien mematuhi dietnya.
INTERVENSI
|
Therapy keperawatan : Beri penjelasan dan informasi tentang
penyakitnya.
|
Health education
: - Anjurkan
pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
-
Ajurkan klien untuk menimbang berat
badan setiap seminggu sekali.
|
Kolaborasi : Kerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet
yang ditetapkan.
|
Observasi monitoring
: Observasi tanda-tanda vital
dan menimbang berat badan setiap minggu.
|
2.
Dx. Kep 1 : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
informasi.
Tujuan : Klien
bisa mengetahui tentang penyakitnya.
Kriteria : Pengetahuan
klien bertambah.
INTERVENSI
|
Therapy keperawatan : Beri penjelasan dan informasi tentang
penyakitnya.
|
Health education
: - Berikan informasi yang adekuat dan nyata tentang
apa yang dilakukan.
-
Bantu klien mengidentifikasi perilaku koping yang
digunakan pada masa lalu.
-
Dorong klien untuk ungkapkan perasaannya.
|
Kolaborasi
: -
|
Observasi monitoring : Observasi tanda-tanda vital.
|
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
Hari/Tgl
|
Jam (WIB)
|
Diagnosa
keperawatan
|
Perkembangan
keperawatan
|
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1.
|
Selasa
20-02-‘07
|
08.00
|
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake makanan.
|
S : Pasien mengatakan malas makan dan muntah saat
makan.
O : Pasien hanya menghabiskan ¼ dari porsi yang
disedikan rumah sakit.
Pasien tampak lemah.
BB : 44 Kg
TB : 159 Cm
A : Masalah belum teratasi.
P : Rencana dilanjutkan.
|
2.
|
Rabu
21-02-‘07
|
08.00
|
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
|
S
: Klien selalu bertanya tentang penyakitnya.
O : Klien bertanya apakah penyakitnya
bisa sembuh.
A : Masalah belum teratasi.
P : Rencana
tindakan dilanjutkan.
|
3.
|
Kamis
22-02-’07
|
09.00
|
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake makanan.
|
S : Pasien mengatakan masih malas makan.
O : Pasien hanya menghabiskan ½ dari porsi yang
disedikan rumah sakit.
Pasien tampak lemah.
BB : 44 Kg
TB : 159 Cm
A : Masalah belum teratasi.
P : Rencana dilanjutkan.
|
4.
|
Jum’at
23-02-’07
|
09.00
|
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
|
S
: Klien selalu bertanya tentang penyakitnya.
O : Klien bertanya apakah penyakitnya
bisa sembuh.
A : Masalah belum teratasi.
P : Rencana
tindakan dilanjutkan.
|
5.
|
Sabtu
24-02-’07
|
08.30
|
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake makanan.
|
S : Pasien
mengatakan makannya sudah bertamab dan tidak malas lagi.
O : Pasien hanya menghabiskan 1 dari porsi yang
disedikan rumah sakit.
BB : 46 Kg
TB : 159 Cm
A : Masalah belum teratasi.
P : Rencana dihentikan.
|
6.
|
Senin
26-02-’07
|
08.00
|
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
|
S
: Klien sudah tidak menanyakan tentang keadannya.
O : Klien sudah mengerti tentang
penyakitnya.
A : Masalah teratasi.
P : Rencana
dihentikan.
|
EVALUASI HASIL
Hari/Tgl
|
Jam (WIB)
|
Diagnosa
keperawatan
|
Perkembangan
keperawatan
|
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1.
|
Sabtu
24-02-’07
|
08.30
|
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake makanan.
|
S : Pasien
mengatakan makannya sudah bertambah dan tidak malas lagi.
O : Pasien hanya menghabiskan 1 dari porsi yang
disedikan rumah sakit.
BB : 46 Kg
TB : 159 Cm
A : Masalah belum teratasi.
P : Rencana dihentikan.
|
2.
|
Senin
26-02-’07
|
08.00
|
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
|
S
: Klien sudah tidak menanyakan tentang keadannya.
O : Klien sudah mengerti tentang
penyakitnya.
A : Masalah teratasi.
P
: Rencana dihentikan.
|
DAFTAR PUSTAKA
Arief
Manjoer, (2001), Kapita Selekta
Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Media Aesculapius, Jakarta.
Doengoes
Marilyn, E (1993), Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi III, EGC, Jakarta.
Noer
Syaifulah, (1996), Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3, FKUI, Jakarta.
INVENTARIS DEPRESI BECK
Nama Klien :
Tn. A
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : -
Skor
|
Pernyataan
|
A. Kesedihan
|
|
3
|
Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana tidak dapat
menghadapinya
|
2
|
Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak
dapat keluar darinya
|
1
|
Saya merasa sedih
|
0
|
Saya tidak merasa sedih
|
B.
Pesimis
|
|
3
|
Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu
tidak dapat membaik
|
2
|
Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang
kedepan.
|
1
|
Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
|
0
|
Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa
depan
|
C. Rasa kegagalan
|
|
3
|
Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua
(suami/istri).
|
2
|
Bila melihat kehidupan kebelakang semua yang dapat saya
lihat hanya kegagalan.
|
1
|
Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya.
|
0
|
Saya tidak merasa gagal.
|
D. Ketidakpuasan
|
|
3
|
Saya tidak puas dengan segalanya.
|
2
|
Saya tidak lagi mendapatkan kepuasaan dari apapun.
|
1
|
Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
|
0
|
Saya tidak merasa tidak puas.
|
E. Rasa bersalah
|
|
3
|
Rasa merasa seolah-olah sangat
buruk atau tidak berharga.
|
2
|
Saya merasa sangat bersalah.
|
1
|
Saya merasa buruk/tak berharga
sebagai bagian dari waktu yang baik.
|
0
|
Saya tidak merasa benar-benar
bersalah.
|
F. Tidak menyukai diri sendiri
|
|
3
|
Saya benci saya sendiri.
|
2
|
Saya muak dengan diri saya
sendiri.
|
1
|
Saya tidak suka dengan diri
saya sendiri.
|
0
|
Saya tidak merasa kecewa dengan
diri sendiri.
|
G. Membahayakan diri sendiri
|
|
3
|
Saya akan membunuh saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan.
|
2
|
Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
|
1
|
Saya merasa lebih lebih mati.
|
0
|
Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai
membahayakan diri saya.
|
H. Menarik diri
|
|
3
|
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain
dan tidak perduli pada mereka semuanya.
|
2
|
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain
dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka.
|
1
|
Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
|
0
|
Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
|
I.
Keragu-raguan
|
|
3
|
Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
|
2
|
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
|
1
|
Saya berusaha mengambil keputusan.
|
0
|
Saya membuat keputusan yang baik.
|
J. Perubahan gambaran diri
|
|
3
|
Saya merasa bahwa jelek atau tampak menjijikan.
|
2
|
Saya mempunyai banyak ada perubahan-perubahan yang
permanen dalam penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik.
|
1
|
Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik.
|
0
|
Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya.
|
K. Kesulitan kerja
|
|
3
|
Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
|
2
|
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu.
|
1
|
Saya memerlukan uapaya tambahan untuk mulai melakukan
sesuatu.
|
0
|
Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
|
L. Keletihan
|
|
3
|
Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
|
2
|
Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu.
|
1
|
Saya merasa lelah dari yang biasanya.
|
0
|
Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya.
|
M. Anoreksia
|
|
3
|
Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
|
2
|
Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.
|
1
|
Nafsu makan saaya tidak sebaik sebelumnya.
|
0
|
Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
|
Keterangan :
0-4 = tidak
ada depresi.
5-7 = depresi ringan.
8-15 = depresi sedang.
>16 = depresi berat.
Nilai 3
(tidak ada depresi).
BAB III
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari makalah yang saya buat, dapat ditarik kesimpulan bahwa
penyakit Diabetes Militus (DM) ini sangat brrbahaya dan menakutkan.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit Diabetes
Militus. Seperti contohnya, Obesitas (berat badan berlebih),faktor genetis, pola hidup yang tidak sehat
(jarang berolah raga), kurang tidur, dan masih banyak yang lainnya.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami gangguan Krisis Tyroid ini diharapkan
mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang cara
pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan Diabetes
Mellitus.
No comments:
Post a Comment