Wednesday, May 5, 2010

JURNALISTIK INVESTIGASI

A. MODAL SEORANG INVESTIGATOR

Seorang inverstigator harus mempunyai karakter yang ulet dan tangguh serta tanggap dalam melaksanakan tugas liputan dan penggalian berita. Sebab bagaimanapun seorang jurnalis harus bisa memberikan ulasan berita yang memadai terkait dengan apa yang akan dia beritakan.

Untuk itu ada faktor teknis dan menteknis yang harus dimiliki seorang investigator:

1. Sifat ulet dan tangguh, hal ini dikarenakan dalam tugasnya ia dituntut untuk mencari dan melengkapi data yang dibutuhkan yang masih baku dan resmi.

2. Sikap tanggap, bahwa ia harus responsive terhadap kejadian-kejadian baru untuk diusulkan ke sidang redaksi (atasannya) untuk di full-up dalam bentuk penelusuran lebih lanjut.

3. Sifat cerdas, seorang investigator harus berfikir cerdas bagaimana caranya energy tidak terkuras sementara data bisa didapatkan, kalau tidak cerdas maka energy terbuang sia-sia tanpa hasil. Untuk itu perlu menggunakan atau memanfaatkan berbagai media penghubung untuk bisa sampai ke tujuan tanpa memaksakan kehendak diri sendiri untuk terjun.

4. Sifat tenang karena seorang jurnalis selalu dikejar klien maka seringkali membuat tidak tenang dan kalut. Hal ini akan mengacaukan pekerjaan sebab hasil akan tidak maksimal dengan kondisi menekan seperti itu.

5. Berfikir korelatif. Seorang investigator harus mampu mengkorelasikan antara bagian-bagian yang berserakan namun terkait antara satu dengan yang lain, untuk itu pola piker sebab akibat sangat penting.

6. Berpikir konstruktif, begitu mendapatkan ide/perintah investigasi maka harus langsung disusun peta permasalahan yang akan ditulis.

B. MENGGALI INFORMASI

Ada beberapa cara dalam menggali informasi:

1. Dengan menggunakan nara sumber

2. Menggunakan data yang telah ada berupa masukan dari surat kabar, televisi, internet dan buku.

Untuk data melalui nara sumber bisa didapat melalui:

a. Wawancara langsung

b. Liputan hasil presentasi

c. Menggunakan pihak ketiga untuk mengetahui tentangnya. Hasil dari wawancara langsung adalah merupakan data primer dalam jurnalistik.

Menggali informasi dari data yang tersedia dibuku dan media-media bisa masuk kategori primer atau sekunder. Termasuk dalam data primer manakala data yang didapat murni tulisan yang bersangkutan. Jika mengutip dari media massa maka data itu dari sekunder. Seorang pemburu berita harus berusaha bisa bertemu data primer (orang/objeknya langsung) jika tidak demikian maka tulisan yang muncul kurang bisa dipertanggungjawabkan. Bertemu dengan nara sumber utama mempunyai nilai yang sangat mahal jika dibandingkan dengan sekadar kata orang. Setelah sumber utama yang merupakan kunci berita terkemuka maka permasalahan bisa diurai panjang lebar dan benar.

C. MEMILIH NARA SUMBER

Sebagai sumber berita yang hidup maka nara sumber adalah sesuatu yang mahal bagi dunia liputan. Para nara sumber bukanlah orang yang mudah untuk ditemui dan sering kali menghindar begitu ada pemburu berita datang. Untuk itu perlu pendekatan yang baik dengan berbagai pihak untuk menuju sasaran yang dituju.

Orang yang disekitar nara sumber adalah sumber berita yang bisa digunakan untuk mengorek nara sumber utama, minimal dari seorang penjaga pintu bisa ditanyakan, kapan sang narasumber tiba dirumah? Dari seorang sopir bisa ditanya agendanya, dari seorang karyawan bisa ditanya bisnisnya dll.dengan medapatkan informasi tersebut (orang dekat) maka bisa menambah data nara sumber. Kalau untuk wawancara dengan tokoh dan tidak terkait dengan kasus kejahatan harapan untuk bertemu akan lebih muda seperti bertemu dengan politisi, mereka lebih mudah karena mereka butuh sosialisasi. Artis juga begitu halnya. Yang terpenting adalah ketika melakukan wawancara yang tidak menggalinya informasi seperti mengeluarkan pertanyaan yang membuat marah harus dicarikan cara yang lebih halus agar informasi diperoleh tanpa membuat narasumber tersinggung.

Haindari wawancara yuang panjang sebab hal itu membosankan dan narasumber jika orang penting maka dia tidak punya waktu untuk berbicara lebih lama. Usahakan memahami permasalahan secara baik agar anda tidak mengecewakan nara sumber.

D. MEMBANGUN JARINGAN INSPIRASI

Untuk mendapatkan cerita yang komplit dan valid maka seorang penulis harus pandai membuat jaringan informasi, yaitu informasi yang dihubungkan dan dikaitkan antara satu sel dengan sel lain yang berhubungan dengan sumber berita atau yang langsung disebut dengan teori sel informasi. Tatkala suatu berita diriwayatkan oleh seorang sumber maka ia disebut dengan sel, kemudian ketika nara sumber lain yang dibicarakan tentang judul yang sama tapi dengan materi yang berbeda, maka ia disebut dengan sel yang lain. Tugas penulis antara lain :

a). Menghubungkan antara sel yang lain untuk menjawab siapa saja yang terlibat dalam kasus yang diinvestigasi.

b). Untuk mengetahui kronologis kejadian secara sistematis.

c). Untuk memahami dan membuat peta kejadian secara konverhemsif.

d). Untuk menilai validitas visa kejadian.

Terkadang ada sumber yang menjawab inti kasus, atau yang disebut dengan saksi kunci, ketika saksi kunci itu diburu ternyata tidak ditemukan saksi dengan identitas yang terputus, kejadian semacam ini yang memutuskan antara dengan kasus utama disbut dengan sel putus atau teori sel putus. Teori ini menjadi tugas bagi reporter untuk melacak sejauh mana sel dengan identitasnya adalah relita atau manusia sungguhan ataukah fiktif belaka yang memang diciptakan untuk mengelabuhi pengusutan kasusu yang diburu pelakunya seperti dalam kasusu cicak dan buaya diamana uang sogokan terakhir diterima pejabat KPK untuk disampaikan kepada Bibit dan Candra, ternyata pejabat tersebut tidak berehasil ditemukan hingga sekarang. Sehingga menjadikan saksi kunci korupsi yang dilakukan Bibit dan Candra tidak terbukti, sebab kurirnya tidak ditemukan.

E. MENTUKAN KATA KUNCI ATAU KEY WORDS

Kata kunci adalah sepatah dua patah kata yang menjadi penentu atau inti dari kabar atau artikel yang ditulis. Kata kunci ini sangat penting untuk mengarahkan dan membatasi perburuan berita, dengan kata kunci kegiatan perburuan diarahkan kepadanya apakah untuk menemukan actor kejahatan atau delik criminal yang sebenarnya.

Kata kunci bisa diambil dari tujuan dalam memburu berita tertentu, hanya saja seperti tujuan dalam sebuah proposal ia mengambil bentuk kalimat pertanyaan sementara kata kunci lebih singkat dari itu. Dari sini mereka sangat penting untuk menemukan kata kunci yang merupakan kependekan dari pertanyaan besar seputar kasus yang sedang diliput.

Dalam kasus bank century yang belakangan ini ramai dibicarakan adalah kasus yang memunculkan banyak nama-nama besar dijajaran para petinggi pemerintahan, hal ini terkait dengan pertanyaan besar “kemanakah larinya uang 6,7 triliun yang digunakan untuk memodali bank century agar tidak bangkrut yang ternyata banyak pengamat yang menilai ganjil langkah talangan tersebut” .

1. Bank century tidak dalam kondisi tidak sangat tidak sangat parah sehingga pantas talangan yang prosesnya sangat sulit yang keluar izin seperti itu.

2. Nilai 6,7 triliun terlalu besar sehingga diyakini digunakan untuk kepentingan kemenagna pemilu oleh partai penguasa partai baru ini, karena ada indikasi penyelewengan keuangan negara untuk kepentingan individu, kelompok yang berdampak pada kerugian negara. Maka hal ini dianggap sebab kasus criminal yang harus diungkap dalam delik korupsi maka kata kunci dari berita century adalah “korupsi”. Korupsi inilah yang kata kunci yang memandu perburuan informasi seputar kasus century. Dalam korupsi atau kasus kejahatan umumnya yang selalu dicari adalah :

1. Kebenaran kejahatan itu terjadi.

2. Siapakah pelakunya.

3. Sejauh mana kasus itu bisa dikembangkan dan menyentuh orang lain atau jaringan lain.

Dalam kasus penahan bibit dan candra terkai dugaan korupsi yang dilakukan keduanya dalam kasus pemerasan anggoro direktur PT. Massaro, maka berdasarkan temuan media masa bisa ditentukan kata kunci yang akan mengarahkan penulisan berita, jika media berpihak pada proses hukum yang kemudian menyeret bibit dan candra sebagai tersangka pelaku kejahatan yang kemudian berujung pada penahanan keduanya oleh kepolisian maka kata kunci yang bisa digunakan adalah “korupsi KPK” tetapi jika media melihatnya sebagai persetruan antara kepolisian dan KPK atau lebih tertarik pada motivasi dibalik dari penyeretan keduanya ke proses hukum atau lebih memilih mengungkap sesuatu yang implicit daripada eksplisit maka kata kunci bisa ditentukan dalam rangkaian kosa kata “cicak VS buaya” yang berarti KPK VS polisi.

F. MUQODDIMAH

Dalam menulis investigasi maka seperti umumnya sebuah tulisan diawali dengan meqoddimah, isi, dan diakhiri dengan penutup (kesimpulan).

Muqoddimah diisi dengan gambaran umum seperti penggambaran suasana, penggambaran suasana alam, kegiatan yang menylimuti atau mewakili apa yang akan kita tulis. Muqoddimah ditulis dalam bentuk riset dengan menggunakan kata-kata yang indah, kadang menggunakan kata pepatah, seperti sudah jatuh ketimban tangga, untuk mengawalai penulisan tentang nasib seseorang yang sangat tidak beruntung.

Muqoddimah harus memberikan kesan yang posoitif bagi pembaca agar tertarik meneruskan bacaannya. Disini dibutuhkan retorika agar penulis memilih kalimat-kalimat yang bisa menggugah rasa ingin tahu pembaca.

Muqoddimah juga bisa dengan memua6t kejadian sebelumnya, sebelum memasuki kejadian baru yang sedang ditulis. Walhasil, ia harus mampu menguytarakan pembaca kedalam inti permasalahan yang sedang diberitakan.

G. ISI BERITA

Setelah melalui pendahuluan, maka alur menyatakan pada hasil invesrigasi. Seperti biasa 1W 5H (Where, Who, When, Why, What, How) itulah yang menjadi point-point yang harus tersampaikan dengan urainya masing-masing yang panjang lebar sesuai kebutuhan.

Sebenarnya semua berita harus mengutarakan 5W 1H tersebut. Hanya saja untuk berita investigasi ia harus mempu mengurai secara panjang lebar dan dikaitkan antara satu unsur dan lainnya berdasarkan runtun kronolis maupun runtun sebab akibat yang mengakibatkan terjadinya kejadian yang sedang diberitakan.

Salam jurnalistik investigasi sangatlah penting untuk menjawab secara panjang lebar pertanyaan Why dan How. Sebab hal itu akan membuktikan kebenaran berita yang disajikan. Semaikn panjang dan lebar dengan disrtakan dan bukti tertulis dan ditulis secara mendalam dengan menguraikan pelaku kejahatan secara detail, maka bisa disimpulkan untuk sementara oleh pembaca bahwa penulis mengetahui betul kejadian yang sedang diburu.

Runtun kronologis sering kali digunakan kedalam penyampaian hasil investigasi. Ia melaporkan kejadian berdasarkan runtun waktu. Seperti pada hari senin pukul 10.00 WIB suami istri bertengkar, pada hari selasa sampai kamis sang suami tidak ada dirumah, sang istri menanyakan pada tetangga tentang keberadaan sang suaminya. Pada hari jum’at pukul 06.00 WIB sang suami datang kerumah dan memaksa sang istri memberikan sejumlah uang, sang istri marah dan sang suamipun kalap, dia melihat pisau dan mengancam istrinya dan kemudian berkhir dengan bersarangnya pisau tersebut pada sang istri, pukul 07.00 WIB tetangga menemukan perempuan itu meninggal dirumah.

Tulisan kemudian mengurai tentang lebih jauhkronologi itu seperti mempertanyakan kondisi runah tangga sebelum kejadian, hal ini untuk mencari kemungkinan selain dari permintaan uang yang tidak dikabulkan oleh sang istri.

Dalam investigasi seorang penulis harus mengmbangkan kemungkinan-kemungkinan yang nantinya mengerucut pada keyakinan yang paling kuat, antara lain dengan motif kejahatn karena beruta unvestigasi termasuk panjang lebar maka ia sering kali muncul pda deadline atau berita utama.

H. CAKUPAN JURNALISTIK INVESTIGASI

Pada dasarnya kegiatan pemberitaan selalu diawali dengan perburuan kejadian-kejadian yang menarik untuk diberitakan, sehingga dunia jurnalistik (pemberutaan) tidak lepas dari investigasi. Ustialah laian dari perburuan yang menjadi pertanyaan kemudian adalah apakah keguantan jurnalistik harus melakukan pemberiataan, apakah pihak lebih umum mencakup seluruh dunia tulis menulis yang dijual atau yang sering kali disebut dengan industri pers? Jika jurnalistik lebih luas dari pemberitaan maka, jurnalistik investigasi lebih pas dugunakan didunia pemberitaan bukan lainnya, seperti artikel atau publik-publik yang ada di majalah, atau medua cetak lainnya yang disebutkan kesehatan, kesenian, olahraga, keadaan yang pada rubric tersebut lebih banyak ditampilkan tulisan hasil liputan sekilas dan pengajian ulang tentang suatu judul berdasarkan refrensi buku atau wawancara, bukan mengungkapkan atau melacak suatu kasus atau perkara yang perlu ditelisik lebih jauh dan kedalam untuk menjawab berbagai pertanyaan seputar actor kejadian yang sebenarnya.

Yang terakhir tadi layak disebut jurnalistiok investigasi, sedangkan yang pertama layak disebut jurnalistik biasa. Dari uraian tadi bisa dimengerti bahwa untuk bisa disebut jurnalistik investigasi atau untuk menentukan sejauh mana seorang jurnalis perlu melakukan investigasi atau tidak, bisa dilihat dari hal berikut ini :

(a). Investigasi selalu digunakan untuk headline (berita utama). Hal ini dikarenakan ia mengulas panjang lebar, mendalam dan tuntas tentang suatu perkara yang menjadi isu nasional saat itu. Investigasi mutlak dilakukan untuk mendapatkan bahan tulisan sebanyak – banyaknya, khususnya mencari bukti – bukti dan temuan – temuan terkait isu tersebut.

(b). Investigasi dilakukan untuk berita kriminal/kejahatan yang menarik untuk diketahui oleh pembaca, terkait modus operandi dan sifat – sifat dari pelaku serta korban kejahatan.

(c). Investigasi juga digunakan untuk perkara selain headline dan criminal dalam hal-hal yang bersifat liputajn khusus seperti tentang kerapnya terjadi bencana. Apakah banjir, tanah longsor, kekeringan juga sektor pendidikan seperti buruknya mutu tamatan sekolah dikabupaten tertentu atau tingginya tingkatnya kerusakan moral masyarakat dikawasan tertentu, terbukti dengan banyaknya perdagangan miras dan kasus kehamilan atau kelahiran diluar nikah dikalangan pemudi didaerah tertentu.

(d). Investigasi berlaku untuk bahan perburuan bahan tulisan atau pemberitaan yang melebihi dari sekedar mengandalkan refrensi buku dan wawancara tetapi harus menggabungkan banyaknya narasumber dengan banyaknya tingkat itensitas tertentu.

(e). Investigasi menuntut adanya aksi fisik dalam membentuk kehadiran reporter kelokasi kejadian dan kehadirannya pada sumber-sumber terkait, tanpa kehadiran fisik sulit untuk bisa disebut investigasi.

I. BANK DATA

Dalam menulis berita hasil investigasi seorang penulis membutuhkan banyak bahyan untuk menjelaskan kejadian secara detail. Terkadang sebuah judul tidak cukup mengandalkan leporan investigasi diarea kejadian tetapi diperlukan data historis yang didapatkan melaui buku sejarah atau laporan tertulis dari dinas atau instansi pemerintah yang disampaikan secara berkala. Seperti saat menulis delik korupsi diinstansi pemerintah, maka perlu juga disampaikan data kasus korupsi selama setahun terakhir diinstansi pemerintah. Data semacam itu akan sangat membantu para pembaca dalam menilai tingkat kejahatan korupsi dinegeri ini, atau seprti menulis konflik internal partai yang marak terjadi. Selain melakukan investigasi konflik internal pada partai tertentu perlu juga dimuat konflik-konflik serupa dipartai yang lain. Berikut dampak yang terjadi dari konflik.

Seperti juga dalam kasus tawuran antar warga, pelajar, mahasiswa, perlu juga disampaikan data dari kepolisian terkait seringnya terjadi hal serupa didaerah tertent, untuk bisa memberikan data maka media masa perlu memiliki perpustakaan sebagai Bank Data dan bisa dipastikan perusahaan-perusahaan media cetak atau elektronik yang besar memiliki perpustakaan untuk memudahkan mereka dalam menyajikan data yang dibutuhkan sebagai sumber sekunder dari sumber primer yang didapat dari investigasi langsung.

No comments:

Post a Comment