Wednesday, June 22, 2011

TV DAN VCD SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan teknologi televisi membuat masyarakat semakin dimanjakan dengan tayangan-tayangan yang bersifat hiburan maupun berita yang jelas dan akurat. Dahulu kala, pada saat media televisi ditemukan pertama kali oleh John Logie Baird pada tahun 1923, masyarakat merasa sangat bahagia sekali. Mereka bisa menyaksikan gambar-gambar asli yang bisa bergerak dan berbicara layaknya kehidupan nyata. Pesawat televisi pertama kali hanya bisa menampilkan warna hitam putih. Tiga tahun kemudian yakni tahun 1928, John berhasil membuat sistem TV warna pertama yang terdiri dari warna merah, biru dan hijau. Tahun silih berganti dan orang pun terus menghasilkan karya terbaiknya demi pemenuhan kehidupan yang lengkap dan praktis. Tahun 1968, Sony Corporation di Jepang mengembangkan system warna trinitron yang kemudian disebut dengan televisi CRT (Sathode Ray Tube), yang kemudian disusul dengan bentuk televisi LCD dan plasma yang sekarang ramai diminati masyarakat.

Disamping perkembangan pada Medianya (TV), acara-acara yang ada di Media ini pun ikut berkembang. Dahulu acaranya adalah sebatas berita dan pementasan drama, sekarang kita bisa menemukan berbagai macam acara seperti film, berita, petualangan, talk show, dan lain-lainnya.

Bentuk media audio visual selain TV adalah VCD (Vidoe Compact Disk). Media ini mampu menampung muatan audio visual sepanjang 74 menit yang kualitasnya setara dengan VHS video dan suaranya setara dengan kualitas CD audio.
Adanya dua Media teknologi ini secara tidak langsung juga mempunyai pengaruh dalam dunia pendidikan antara lain bisa digunakan sebagai media pembelajaran yang mengasyikkan. Dengan dua Media ini seorang guru bisa memperlihatkan bentuk asli materi pembelajaran dengan gamblang dan jelas.

Guru dan murid pun semakin mudah untuk memahami segala pelajaran karena langsung melihat bentuk aslinya. Ironisnya kemudahan tersebut ternyata masih dinikmati oleh orang yang berduit dan faham teknologi saja. Guru-guru yang ada di desa terpencil tidak akan bisa menggunakan Media itu sebebas mungkin untuk proses pembelajaran, selain karena mereka tidak mampu membelinya, merekapun kurang begitu faham bagaimana mengaplikasikannya di dalam dunia pembelajaran. Untuk itu sekolah yang masih belum maju diharapakn oleh pemerintah untuk mengembangkan teknologi dalam pembelajaran sebaik mungkin demi tercapainya pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah yang antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana TV dan VCD digunakan sebagai media pembelajaran yang mengasyikkan?

2. Apa kelebihan dan kelemahan TV dan VCD sebagai media pembelajaran?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini tidak lain adalah untuk:

1. Mendeskripsikan OHP sebagai media pembelajaran

2. Menjelaskan kelebihan dan kelemahan OHP dalam penggunaannya sebagai media pembelajaran.

1. 4. Manfaat Penulisan

Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan agar mahasiswa yang sebagai calon guru mampu untuk memahami dan kemudian menggunakannya sebagai media pembelajaran yang asyik dan menyenangkan bagi diri sendiri dan muridnya yang nantinya bisa terwujud pembelajaran aktif dan inovatif.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Televisi

Omar Hamalik dalam tulisannya mendefinisikan televisi sebagai perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Dari definisi tersebut televisi sebenarnya adalah sama dengan film, yakni dapat didengar dan dilihat. Media ini berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat dilihat dan didengar secara bersamaan. Televisi juga dapat memberikan kejadian-kejadian yang sebenarnya pada saat suatu peristiwa terjadi dengan disertai komentar penyiarnya. Kedua aspek tersebut secara simultan dapat didengar dan dilihat oleh para pemirsa karena peristiwa tersebut langsung disiarkan dari stasiun pemancar TV tertentu.

Televisi sebagai media pengajaran mengandung beberapa keuntungan antara lain:

1. Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa yang sebenarnya.

2. Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau berbagai negara.

3. Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau.

4. Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam.

5. Banyak mempergunakan sumber-sumber masyarakat.

6. Menarik minat anak.

7. Dapat melatih guru, baik dalam pre-servise maupun dalam inservice training.

8. Masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian terhadap sekolah.

Adapun kelemahan-kelemahan TV sebagai media pengajaran, sama halnya yang terjadi pada film, yakni TV terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut. Kekurangan lainnya yang begitu mencolok adalah sifat komunikasinya hanya satu arah (one way communication).
Apabila pembelajaran melalui televisi dilakukan dengan siaran langsung, maka yang pasti akan terjadi adalah kesulitan terintegrasikannya jadwal siaran pembelajaran di televisi dengan jadwal pembelajaran di sekolah. Dari sifatnya yang sentralistik ini, guru di sekolah sulit untuk mengontrol proses penyampaian pesannya.
Dalam penggunaannya televisi sangatlah mudah untuk digunakan akan tetapi dalam proses pembelajaran jangan asal pakai saja. Diperlukan adanya persiapan terlebih dahulu sebelum proses pemebelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan tidak semuanya anak didik faham akan perbendaharaan kata-kata yang digunakan dalam materi yang berlangsung di televisi. Kemudian setelah selesai diadakan kegiatan lanjutan agar semuanya bisa berjalan dengan efektif. Dengan adanya follow up setelah melihat TV, anak didik akan lebih faham akan pelajaran tersebut.

Pada tahun 2004, Menteri Pendidikan Abdul Malik Fadjar meresmikan adanya TV-E (Televisi Edukasi), sebuah stasiun televisi di Indonesia yang khusus ditujukan untuk menyebarkan informasi di bidang pendidikan dan berfungsi sebagai media pembelajaran masyrakat. Televisi inipun disebut sebagai Media Pendidikan Jarak Jauh. Dalam sambutannya beliau mengatakan: “sebagai bangsa yang ingin maju, maka kemnajuan teknologi perlu dimanfaatkan. Hanya saja itu dilakukan dengan kadar kearifan dan etika yang tinggi, khususnya dilihat dari segi pendidikan”. Pernyataan beliau sangat jelas untuk mengajak seluruh civitas pendiddikan menggunakan teknologi sebagai bumbu tambahan dalam proses pengajaran. Disamping agar tidak ketinggalan zaman, pesan ini juga mengandung bahwa teknologi sangatlah penting dalam dunia pendidikan.

Televisi edukasi ini dirancang untuk mendidik dan mencerdaskan masyarakat dengan kemasan acara yang mengasyikkan dan menyenangkan. Karena daya jangkaun televisi bisa sangat luas, keberhasilan memanfaatkan media pembelajaran itu akan mempercepat pembangunan masyarakat belajar yang cerdas.

Program TV-E ini disiarkan melalui satelit dan dapat diakses dengan menggunakan parabola. Siaran dilaksanakan selama empat jam dari pukul 07.00 hingga 11.00 di frekuensi 3782-3790 MHz. Sedangkan komposisi programnya meliputi materi pelajaran pendidikan formal 30%, pendidikan nonformal 30%, pendidikan informal 20%, serta informasi kebijakan dan program berupa berita atau feature 20%. Adanya siaran ini sangatlah membantu guru dan masyarakat untuk melakukan pembelajaran secara individu dan kelompok yang nantinya tidak ada pembatasan ruang gerak proses pendidikan itu sendiri.

2.2. Video Compact Disk (VCD)

Video yang salah satu bentuknya adalah Video Disc masih termasuk media pembelajaran audio visual. Yudhi Munadi dalam bukunya Media Pembelajaran mendefinisikan video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik meliputi gambar gerak dan suara.

Karakteristik video banyak kemiripannya dengan media film, di antaranya dari segi kelebihan-kelebihannya yaitu:

1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu

2. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan

3. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat

4. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa

5. Mengembangkan imajinasi peserta didik

6. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistic

7. Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang

8. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan

9. Semua peserta baik yang pandai maupun yang kurang pandai mampu belajar dari video

10. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar

11. Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.

Namun selain kelebihan-kelebihan diatas, ia-pun tidak lepas dari kelemahannya, yakni media ini terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut. Dilihat dari ketersediaannya, masih sedikit sekali video di pasar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di sekolah. Di sisi lain, produksi video sendiri membutuhkan waktu dan biaya yang cukup banyak.

2.2.1. Langkah-langkah Penyajian Video

Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut;

1. Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih dahulu Melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran.

3. Sesudah program video dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi untuk melatih siswa mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab pertanyaan.

4. Program video bisa diputar dua kali atau lebih, untuk memperhatikan aspek- aspek tertentu.

Agar siswa tidak memandang program video sebagai media hiburan belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatikan bagian-bagian tertentu.Sesudah itu dapat dites, berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari program video itu.

VCD (Video Compact Disk) adalah salah satu bentuk dari Video Disc, yaitu sarana menyimpan dan mencari gambar. Video disc diperkanalkan di pasar tidak lama setelah perekaman pita video menjadi populer. Video disc pertama dipasarkan oleh Philips dari Belanda pada tahun 1972, dan berikutnya oleh Thomson-CSF di Prancis, JVC di Jepang, dan RCA di Amerika Serikat. Sistem yang dipakai adalah capacitance system, yakni sistem pemindahan (scan) informasi gambar dan suara dengan menggunakan tracking arm dan stylus, sebagaimana layaknya pada turn table audio (Arief S. Sadiman, 1990:296).

Kemudian mengalami perubahan menjadi sistem optik. Produsen yang pertama kali menggunakan optical tracking signal system yang menghubungkan ke sinyal video adalah JVC dari Jepang, produk ini kemudian dikenal dengan sebutan laser disc (LD). Teknologi LD ini berbeda dengan teknologi pita video dalam arti informasinya disimpan sebagai spiral lubang-lubang mikro yang dapat dibaca secara optic; galurnya diatur rapat-rapat di permukaan cakram (disc) datar, bukan dalam bentuk magnetic di permukaan pita; dan dibaca menggunakan laser, bukan oleh head magnetic. Perbedaan utama adalah player pita video juga sekaligus recorder. Kita dapat merekam di pita video, sedangkan video disc hanya tersedia dalam bentuk yang sudah direkam. Dengan alasan ini, video disc tidak terlalu populer ketika pertama kali diperkenalkan dan belum diterima konsumen dalam skala besar pada awal tahun 1990-an.

Tidak lama setelah itu, tepatnya pada tahun 1992, Philips mempromosikan video dalam tampilan baru yang disebut Video Compact Disc, yang kebanyakan orang mengenalnya dengan sebutan VCD. Video digital ini memanfaatkan format medium CD yang sebelumnya sudah dikenal luas dalam format audio CD. Dengan memasukkan informasi dan audio untuk memenuhi ruang 650 MB yang disediakan oleh medium CD ini, format VCD diperkenalkan untuk menjadi tandingan Laser Disc (LD), yang secara fisik bentuknya lebih besar dan lebih berat. Teknologi digital yang digunakan adalah teknologi MPEG-1 yang diprakarsai oleh Motion Picture Experts Group, sebuah badan internasional yang mengembangkan kompresi audio dan video. Teknologi MPEG-1 ini memanfaatkan teknik kompresi data rate rendah dengan tujuan agar file yang dihasilkannya dapat efektif memenuhi ruang 650 MB yang disediakan medium CD.

Dengan menggunakan standar VCD ini, sebuah medium CD dapat menampung muatan audio visual sepanjang 74 menit. Kualitas setara dengan VHS video, dan suara setara dengan kualitas CD Audio. Baik LD maupun VCD, bukanlah media penyimpan pada kamera, tetapi hanya untuk diputar pada play back-nya masing-masing.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dua Media teknologi audio visual ini sangatlah cocok digunakan untuk media pembelajaran. Adanya kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan di atas membuat proses pembelajaran berlangsung efektif dan efisien. Guru akan lebih mudah menyampaikan pelajaran, karena Media Bantu tersebut dan siswa pun lebih cepat merangsang materi pelajaran, karena mereka bisa melihat secara langsung. Manfaat ini sesuai dengan tulisan di buku Quantum Learning yakni apabila murid bisa melihat langsung materi pelajarannya maka tingkat pemahamannya menjadi 60 %. Suatu keadaan yang sangat diinginkan semua pihak baik dari sekolah maupun masyarakat.

Penggunaan TV dan VCD sebagai media pembelajaran membutuhkan adanya rancangan yang jelas, guru harus terlebih dahulu menyiapkan materi yang cocok untuk siswanya, dan kemudian setelah proses pembelajaran selesai harus diadakan evaluasi agar siswa tidak hanya sekedar menonton saja tetapi betul-betul memahami apa kandungan pelajaran yang ada di dalamnya.

3.2 Saran

Pengembangan di sekolah-sekolah tertentu yang belum mempunyai TV dan VCD agaknya harus digalakkan secara bersama-sama. Sekolah yang mempunyai kedua media ini pastilah lebih mudah dalam melaksanakan proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Pengembangan ini diharapakan agar tercapainya kemajuan masyarakat dan bangsa Indonesia itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar M. A, Media Pembelajaran, Jakarta, Rajawali Press, 2009.

Anderson, Ronald H, Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran,

Penj. Yusufhadi Miarso, dkk., Jakarta, Rajawali Press, 1987.

Damin, Sudarman, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 1994.

Munadhi, Yudhi, Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru), Jakarta, Gaung Persada Press, 2008.

Nasution, Prof. Dr., Teknologi Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2008.

Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta, Rineka Cipta, 1994.

http://abdulhakimmuh.wordpress.com/2010/06/22/tv-vcd-sebagai-media-pembelajaran/

No comments:

Post a Comment