1. Definisi
Organisasi adalah suatu system usaha bersama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi merupakan setiap perserikatan manusia untuk pencapaian suatu tujuan bersama. (James D. Mooney).
Pengorganisasian (G.R. Terry) adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan perilaku yang efektif antara masing-masing orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh kepuasan diri dalam melaksanakan tugas-tugas terpilih di dalam kondisi lingkungan yang ada, untuk mencapai tujun dan sasaran.
(Djoko Wijono, Maajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan, Airlangga University Press, Hal. 62)
2. Langkah-langkah pengorganisasian
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tujuan organisasi sudah di susun pada saat fungsi perencanaan.
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis (elemen kegiatan).
d. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas pendukung yang diperoleh untuk melaksanakan tugasnya.
e. Penugasan personal yang cakap yaitu memilih dan mendapatkan staf yang dipandang mampu melaksanakan tugas.
f. Mendelegasikan wewenang : dalam pembagian tugas harus diperhatikan adanya keseimbangan antara wewenang dan tnggung jawab staf, untuk organisasi seperti puskesmas yang mempunyai jumlah tenaga yang terbatas tetapi ruang lingkup kerja dan kegiatannya cukup luas, prinsip kerjasama yang sifatnya integrative perlu diterapkan karena prinsip kerja integrasi diharapkan semua kegiatan pokok puskesmas dapat diselesaikan.
(A. A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan Edisi 2, EGC. Hal. 75).
3. Struktur organisasi
a. Struktur Hierarkis
Umumnya disebut struktur garis merupakan bentuk yang paling sederhana yang biasanya dihubungkan dengan prinsip kekuasaan berantai, birokrasi dan berbagai tingkatan hierarkis. Struktur ini mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai akibat dari adanya birokrasi. Dalam organissi keperawatan garis dan personel staf keduanya biasanya adalah perawat professional.
b. Struktur bentuk bebas
Struktur organisasi bebas disebut organisasi matriks. Dibentuk berdasarkan respon waktu persaingan eksternal dan efisiensi fasilitas dan efektifitas internal melalui kerjasama dan penerapan disiplin.
(Russel C. Swanburg, Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Perawat Klinis, EGC. Hal. 211-212).
4. Rentang kendali
Hampir semua organisasi menjadi hierarki, organisasi berbeda satu dengan yang lainnya, dalam jumlah tingkatannya yang memisahkan kerja operasi dari menejemen puncak. Seorang manajer puncak tidak dapat menyelia lebih dari beberapa bawahan saja, sedangka seorang penyelia tingkat satu mungkin dapat menangani 3 atau 4 kali lebih banyak. Dapat dianalisis bahwa jumlah yang diawasi yang dinamakan rentang kendali tergantung pada kemampuan untuk mendelegasikan. Semakin banyak pendelegasian, semakin luas rentang kendali.
(George Straus dan Leonard Sayles, Manajemen Personalia, Hal. 368).
Dalam merancang table organisasi bagi suatu departemen, gagasan harus diberikan kepada rentang pengawasan yang diharapkan dari direktur, masing-masing manajer keperawatan, masing-masing supervisor dan masing-masing kepala juru rawat.
Rentang pengawasan yang secara efektif dapat ditangani oleh masing-masing manajer bergantung pada langkah dan pola kerja serta keahlian dan pengetahuan pekerja. Tugas supervisor untuk memimpin, memotivasi, menilai dan memperbaiki bawahannya. Beberapa perawat sadar bahwa rentang respon yang terlalu sempit dapat menciptakan masalah yang berbeda namun sama-sama serius. Produktifitas pekerja lebih tinggi ketika supervise yang dekat dirasa tidak mungkin dilakukan.(Drucker, 1967)
(Gillies, Manajemen Keperawatan, Hal. 169).
5. Authority (tanggung jawab)
Prinsip tanggung jawab yang berkelanjutan mengacu pada kenyataan bahwa saat seorang atasan menyerahkan tanggung jawab suatu fungsi tertentu kepada seseorang bawahan, dia boleh meninggalkan tanggung jawabnya sendiri untuk fungsi baru tersebut.
(Gillies, Manajemen Keperawatan, Hal. 170).
6. Macam-macam organisasi
a. Organisasi Lini (Line Authority)
Wewenang yang mengalir secara vertical. Pelimpahan wewenang dari atas ke bawah dan pengawasan langsung oleh pimpinan kepada staf yang menerimanya.
b. Organisasi staf (staff Authority)
Wewenang yang mengalir ke samping yaitu wewenang yang diberikan kepada staf khusus untuk membantu melancarkan tugas-tugas staf yang diberikan wewenang lini. Wewenang staf diberikan karena ada spesialisasi tuga-tugas menejerial yang terkait dengan fungsi staf seperti pengawasan, pelayanan kepada staf atau penasihat.
c. Organisasi Staf dan Lini
Perpaduan antara wewenang lini dan staf merupakan bentuk struktur organisasi yang paling umum dianut saat ini. Bentuk organisasi kelihatan komplek tetapi sesungguhanya adalah pengembangan dari bentuk lini dan staf.
(A.A. Muninjaya, Manajemen Kesehatan, Hal. 76-77).
Organisasi adalah suatu system usaha bersama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi merupakan setiap perserikatan manusia untuk pencapaian suatu tujuan bersama. (James D. Mooney).
Pengorganisasian (G.R. Terry) adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan perilaku yang efektif antara masing-masing orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh kepuasan diri dalam melaksanakan tugas-tugas terpilih di dalam kondisi lingkungan yang ada, untuk mencapai tujun dan sasaran.
(Djoko Wijono, Maajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan, Airlangga University Press, Hal. 62)
2. Langkah-langkah pengorganisasian
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tujuan organisasi sudah di susun pada saat fungsi perencanaan.
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis (elemen kegiatan).
d. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas pendukung yang diperoleh untuk melaksanakan tugasnya.
e. Penugasan personal yang cakap yaitu memilih dan mendapatkan staf yang dipandang mampu melaksanakan tugas.
f. Mendelegasikan wewenang : dalam pembagian tugas harus diperhatikan adanya keseimbangan antara wewenang dan tnggung jawab staf, untuk organisasi seperti puskesmas yang mempunyai jumlah tenaga yang terbatas tetapi ruang lingkup kerja dan kegiatannya cukup luas, prinsip kerjasama yang sifatnya integrative perlu diterapkan karena prinsip kerja integrasi diharapkan semua kegiatan pokok puskesmas dapat diselesaikan.
(A. A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan Edisi 2, EGC. Hal. 75).
3. Struktur organisasi
a. Struktur Hierarkis
Umumnya disebut struktur garis merupakan bentuk yang paling sederhana yang biasanya dihubungkan dengan prinsip kekuasaan berantai, birokrasi dan berbagai tingkatan hierarkis. Struktur ini mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai akibat dari adanya birokrasi. Dalam organissi keperawatan garis dan personel staf keduanya biasanya adalah perawat professional.
b. Struktur bentuk bebas
Struktur organisasi bebas disebut organisasi matriks. Dibentuk berdasarkan respon waktu persaingan eksternal dan efisiensi fasilitas dan efektifitas internal melalui kerjasama dan penerapan disiplin.
(Russel C. Swanburg, Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Perawat Klinis, EGC. Hal. 211-212).
4. Rentang kendali
Hampir semua organisasi menjadi hierarki, organisasi berbeda satu dengan yang lainnya, dalam jumlah tingkatannya yang memisahkan kerja operasi dari menejemen puncak. Seorang manajer puncak tidak dapat menyelia lebih dari beberapa bawahan saja, sedangka seorang penyelia tingkat satu mungkin dapat menangani 3 atau 4 kali lebih banyak. Dapat dianalisis bahwa jumlah yang diawasi yang dinamakan rentang kendali tergantung pada kemampuan untuk mendelegasikan. Semakin banyak pendelegasian, semakin luas rentang kendali.
(George Straus dan Leonard Sayles, Manajemen Personalia, Hal. 368).
Dalam merancang table organisasi bagi suatu departemen, gagasan harus diberikan kepada rentang pengawasan yang diharapkan dari direktur, masing-masing manajer keperawatan, masing-masing supervisor dan masing-masing kepala juru rawat.
Rentang pengawasan yang secara efektif dapat ditangani oleh masing-masing manajer bergantung pada langkah dan pola kerja serta keahlian dan pengetahuan pekerja. Tugas supervisor untuk memimpin, memotivasi, menilai dan memperbaiki bawahannya. Beberapa perawat sadar bahwa rentang respon yang terlalu sempit dapat menciptakan masalah yang berbeda namun sama-sama serius. Produktifitas pekerja lebih tinggi ketika supervise yang dekat dirasa tidak mungkin dilakukan.(Drucker, 1967)
(Gillies, Manajemen Keperawatan, Hal. 169).
5. Authority (tanggung jawab)
Prinsip tanggung jawab yang berkelanjutan mengacu pada kenyataan bahwa saat seorang atasan menyerahkan tanggung jawab suatu fungsi tertentu kepada seseorang bawahan, dia boleh meninggalkan tanggung jawabnya sendiri untuk fungsi baru tersebut.
(Gillies, Manajemen Keperawatan, Hal. 170).
6. Macam-macam organisasi
a. Organisasi Lini (Line Authority)
Wewenang yang mengalir secara vertical. Pelimpahan wewenang dari atas ke bawah dan pengawasan langsung oleh pimpinan kepada staf yang menerimanya.
b. Organisasi staf (staff Authority)
Wewenang yang mengalir ke samping yaitu wewenang yang diberikan kepada staf khusus untuk membantu melancarkan tugas-tugas staf yang diberikan wewenang lini. Wewenang staf diberikan karena ada spesialisasi tuga-tugas menejerial yang terkait dengan fungsi staf seperti pengawasan, pelayanan kepada staf atau penasihat.
c. Organisasi Staf dan Lini
Perpaduan antara wewenang lini dan staf merupakan bentuk struktur organisasi yang paling umum dianut saat ini. Bentuk organisasi kelihatan komplek tetapi sesungguhanya adalah pengembangan dari bentuk lini dan staf.
(A.A. Muninjaya, Manajemen Kesehatan, Hal. 76-77).
Ijin copy ðŸ¤
ReplyDelete