ABSTRAK
Sholikhati,
Anisa; Dwi Y, Ardian; Soegeng R, Hadiono. 2012. Jenis –
jenis Pengetahuan. Makalah, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro. Pengampu Dr. Ir. Budiyono, M.Si.
Kata
Kunci: Filsafat, Pengetahuan, Jenis Pengetahuan, Hakikat Pengetahuan, Sumber
Pengetahuan.
Ilmu filsafat selalu merumuskan pertanyaan-pertanyaan
kritis atas kemapanan jawaban yang sudah dipecahkan oleh ilmu pengetahuan. Pada
zaman sekarang ilmu pengetahuan tidak lagi bagian dari filsafat, akan tetapi
filsafat merupakan bagian ilmu pengetahuan. Pengetahuan merupakan
hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai
metode dan konsep - konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui
pengalaman. Pada umumnya jenis pengetahuan dibagi menjadi 6 yaitu pengetahuan langsung (immediate), pengetahuan tak langsung (mediated), pengetahuan indrawi (perceptual), pengetahuan konseptual (conceptual), pengetahuan partikular (particular), pengetahuan universal (universal). Jenis - jenis pengetahuan
ditinjau dari sudut bagaimana pengetahuan itu diperoleh, bukan pada bahasan
value atau nilai dari pengetahuan tersebut adalah pengetahuan biasa (common sense), pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan, pengetahuan
filsafat, pengetahuan agama. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam diri
seseorang adalah pendidikan, informasi/ media massa, sosial budaya dan ekonomi,
lingkungan, pengalaman, usia. Hakikat dari pengetahuan terdapat dua
aspek penting yaitu hal-hal yang diperoleh, dan realitas yang berubah. Sumber
dari pengetahuan itu sendiri adalah intuisi, rasional, empirikal atau indra,
dan wahyu.
BAB I
PENDAHULUAN
Kata filsafat berasal dari
bahasa Yunani, philo yang berarti cinta, dan sophia yang
berarti kebijaksanaan. Maka secara sederhana jika dilihat dari arti asal
kata-nya, filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Akan tetapi, definisi secara
etimologis berupa cinta kebijaksanaan, belum cukup mewakili keluasan arti
dari kata filsafat. Memahami definisi asal kata filsafat tidak bisa lepas dari
konteks sejarah mengenai filsafat itu sendiri. Dahulu, setiap pengetahuan atau
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan logos dan rasio manusia, secara
umum dinamakan sebagai filsafat. Orang memikirkan sesuatu, atau berfikir
mengenai suatu pengetahuan dan kemudian menurunkannya menjadi suatu disiplin
ilmu tertentu, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang sudah
berfilsafat. Dengan kata lain, setiap bidang ilmu yang mampu dipikirkan oleh
rasio manusia dinamakan filsafat. Itulah sebabnya, filsafat disebut-sebut
sebagai ‘ibu dari ilmu pengetahuan’, karena berasal dari filsafat-lah setiap
disiplin ilmu yang kita kenal sekarang ini terlahir.
Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman,
definisi filsafat juga mengalami perubahan. Dewasa ini filsafat juga
diklasifikasikan sebagai salah satu dari sekian banyak ilmu pengetahuan. Maka,
filsafat lebih dipersempit kedalam sebuah fokus kajian tersendiri dan menjadi
bagian dari ilmu pengetahuan, yang disebut sebagai ilmu filsafat. Definisi ilmu
filsafat dewasa ini, berbeda dengan definisi filsafat di masa lampau. Ilmu
filsafat dewasa ini merupakan ilmu yang mempelajari tentang segalanya, realitas
baik yang fisik maupun yang metafisik, yang dapat dipikirkan oleh manusia
secara kritis-refleksif, radikal, integral dan universal. Kajian ilmu filsafat
dibagi dalam sistematika filsafat yang terdiri dari ontologi, aksiologi dan
epistemologi, yang masing-masing memiliki fokus pengkajian permasalahan yang
berbeda. Ilmu filsafat selalu merumuskan pertanyaan-pertanyaan kritis atas
kemapanan jawaban yang sudah dipecahkan oleh ilmu pengetahuan. Filsafat selalu
mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya, bahkan
cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan. Ilmu filsafat
juga bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu.
Jadi pada zaman sekarang ilmu pengetahuan tidak lagi bagian
dari filsafat, akan tetapi filsafat merupakan bagian ilmu pengetahuan. Untuk
lebih jelas lagi mengenai pengetahuan, pada makalah ini akan disampaikan
definisi pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan, faktor yang mempengaruhi
kedalaman pengetahuan, hakekat pengetahuan,
dan sumber pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI PENGETAHUAN
Para ahli hingga kini masih
memperdebatkan definisi pengetahuan, terutama karena rumusan pengetahuan oleh
Plato yang menyatakan Pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan
(valid)” (“justified true belief”). Menurut Notoatmodjo (2003),
pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Oktaviandry, 2012).
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2003) Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan
proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam
seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta
keadaan sosial budaya. Secara garis besar menurut
Notoatmodjo (2005) domain tingkat pengetahuan (kognitif) mempunyai enam
tingkatan, meliputi: mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan,
menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah
ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar,
ataupun informasi yang diterima dari orang lain.
Berdasarkan uraian-uraian di
atas, maka dapat kita definisikan bahwa; Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu
ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan
maupun melalui pengalaman.
Pengetahuan diawali dari
rasa ingin tahu yang ada dalam diri manusia. Pengetahuan selama ini diperoleh
dari proses bertanya dan selalu di tujukan untuk menemukan kebenaran. Di dalam
filsafat ilmu, pengetahuan itu disebut pengetahuan yang benar jika telah
memenuhi beberapa kriteria kebenaran. Kriteria kebenaran tersebut didasarkan
pada beberapa teori antara lain :
2.1.1 Teori Koherensi (Theory of Coherence)
Berdasarkan teori ini, suatu
pengetahuan dianggap benar apabila pengetahuan tersebut kehoren dengan
pengetahuan yang ada sebelumnya dan sudah dibuktikan kebenarannya. Didalam
pembelajaran matematika hal ini biasanya disebut dengan sifat deduktif.
2.1.2 Teori Korespondensi (Theory of Corespondence)
Berdasarkan teori ini, suatu
pengetahuan dianggap benar jika pengetahuan tersebut mempunyai hubungan dengan
suatu kenyataan yang memang benar. Teori ini didasarkan pada fakta empiris
sehingga pengetahuan tersebut benar apabila ada fakta-fakta yang mendukung
bahwa pengetahuan tersebut benar. Dengan demikian kebenaran disini didasarkan
pada kesimpulan induktif.
2.1.3 Teori Pragmatis (Theory of Pragmatism)
Menurut teori ini,
pengetahuan dikatakan benar apabila pengetahuan tersebut terlihat secara
praktis benar atau memiliki sifat kepraktisan yang benar. Pengikut teori ini
berpendapat bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai keguanaan yang
praktis.
(Oktaviandry,
2012)
2.2
JENIS – JENIS PENGETAHUAN
Pada umumnya pengetahuan
dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya:
2.2.1 Pengetahuan
langsung (immediate)
Pengetahuan immediate adalah pengetahuan langsung
yang hadir dalam jiwa tanpa melalui proses penafsiran dan pikiran. Kaum realis
(penganut paham Realisme) mendefinisikan pengetahuan seperti itu. Umumnya
dibayangkan bahwa kita mengetahui sesuatu itu sebagaimana adanya, khususnya
perasaan ini berkaitan dengan realitas-realitas yang telah dikenal sebelumnya
seperti pengetahuan tentang pohon, rumah, binatang, dan beberapa individu
manusia. Namun, apakah perasaan ini juga berlaku pada realitas-realitas yang
sama sekali belum pernah dikenal dimana untuk sekali meilhat kita langsung
mengenalnya sebagaimana hakikatnya?. Apabila kita sedikit mencermatinya, maka
akan nampak dengan jelas bahwa hal itu tidaklah demikian adanya.
2.2.2 Pengetahuan
tak langsung (mediated)
Pengetahuan mediated adalah hasil dari pengaruh
interpretasi dan proses berpikir serta pengalaman-pengalaman yang lalu. Apa
yang kita ketahui dari benda-benda eksternal banyak berhubungan dengan
penafsiran dan pencerapan pikiran kita.
2.2.3 Pengetahuan
indrawi (perceptual)
Pengetahuan indrawi
adalah sesuatu yang dicapai dan diraih melalui indra-indra lahiriah. Sebagai
contoh, kita menyaksikan satu pohon, batu, atau kursi, dan objek-objek ini yang
masuk ke alam pikiran melalui indra penglihatan akan membentuk pengetahuan
kita. Tanpa diragukan bahwa hubungan kita dengan alam eksternal melalui media
indra-indra lahiriah ini, akan tetapi pikiran kita tidak seperti klise foto
dimana gambar-gambar dari apa yang diketahui lewat indra-indra tersimpan
didalamnya. Pada pengetahuan indrawi terdapat beberapa faktor yang berpengaruh,
seperti adanya cahaya yang menerangi objek-objek eksternal, sehatnya
anggota-angota indra badan (seperti mata, telinga, dan lain-lain), dan pikiran
yang mengubah benda-benda partikular menjadi konsepsi universal, serta faktor-faktor
sosial (seperti adat istiadat). Dengan faktor-faktor tersebut tidak bisa
dikatakan bahwa pengetahuan indrawi hanya akan dihasilkan melalui indra-indra
lahiriah.
2.2.4 Pengetahuan
konseptual (conceptual)
Pengetahuan
konseptual juga tidak terpisah dari pengetahuan indrawi. Pikiran manusia secara
langsung tidak dapat membentuk suatu konsepsi-konsepsi tentang objek-objek dan
perkara-perkara eksternal tanpa berhubungan dengan alam eksternal. Alam luar
dan konsepsi saling berpengaruh satu dengan lainnya dan pemisahan di antara
keduanya merupakan aktivitas pikiran
2.2.5 Pengetahuan
partikular (particular)
Pengetahuan
partikular berkaitan dengan satu individu, objek-objek tertentu, atau
realitas-realitas khusus. Misalnya ketika kita membicarakan satu kitab atau
individu tertentu, maka hal ini berhubungan dengan pengetahuan partikular itu
sendiri.
2.2.6 Pengetahuan
universal (universal)
Pengetahuan yang
meliputi keseluruhan yang ada, seluruh hidup manusian misalnya; agama dan
filsafat.
(Abdullah, 2008)
Jenis-jenis pengetahuan
ditinjau dari sudut bagaimana pengetahuan itu diperoleh, bukan pada bahasan
value atau nilai dari pengetahuan tersebut antara lain:
2.2.1 Pengetahuan
biasa (common sense)
Pengetahuan biasa
(common sense) Pengetahuan yang
digunakan terutama untuk kehidupan sehari-hari, tanpa mengetahui seluk
beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Seorang yang dulunya belum tahu
tentang cara belajar sesuatu hal dan setelah melalui suatu proses seseorang
tahu tentang sesuatu hal
tersebut, maka orang tersebut disebut memiliki pengetahuan biasa. Dalam bahasa
lain disebut sebagai pengetahuan yang dimiliki dengan kadar sekedar tahu.
Memenuhi faktor ketidaktahuannya.
2.2.2 Pengetahuan
ilmiah atau Ilmu pengetahuan
Pengetahuan
ilmiah atau Ilmu, pengetahuan yang diperoleh dengan cara khusus, bukan hanya
untuk digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam dan luas mengetahui
kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman. Pengetahuan Ilmiah
atau Ilmu (Science) pada dasarnya
merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense,
suatu pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran
cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode. Dari pengetahuan tentang misal hewan komodo yang sekedar tahu,
kemudian menggunakan beberapa langkah dan metode yang jelas untuk mengetahui
lebih dari sekedar tahu, dan dilakukan secara sistematis maka orang yang
mengetahui dan memahami secara mendalam tentang hewan komodo tersebut dan disebut sebagai pengetahuan ilmiah
tentang hewan komodo. Dalam batasan ini, seseorang yang memiliki pengetahuan
ilmiah atau ilmu pengetahuan, maka semua proses yang dilewatinya jika
dilakukan oleh orang lain akan memiliki pengetahuan yang sama dengan yang dimilikinya.
(Syarat Ilmiah). Sebagian yang mendefinisikan pengetahuan sebagai sebuah ilmu.
Ilmu merupakan suatu metode berfikir secara objektif yang bertujuan untuk
menggambarkan dan memberi makna terhadap gejala dan fakta melalui observasi,
eksperimen dan klasifikasi. Ilmu harus bersifat objektif, karena dimulai dari
fakta, menyampingkan sifat kedirian, mengutamakan pemikiran logik dan netral.
2.2.3
Pengetahuan filsafat
Pengetahuan
filsafat, pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga yang dicari adalah
sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan diatas
pengalaman biasa. Pengetahuan Filsafat biasanya berkenaan dengan hakikat
sesuatu (transenden) sehingga kadang perbincangannya seputar hal-hal yang
abstrak terhadap banguan sebuah pengetahuan. Objek pembahasannya selalu
mengedepanan aspek ontologi, epistimologi dan aksionlogi. Pembahasan tentang
Pengetahuan Filsafat akan di uraikan pada postingan tentang Hakikat Filsafat.
2.2.4
Pengetahuan agama
Pengetahuan
agama, suatu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para Nabi dan
Rosul-Nya yang bersifat mutlak dan wajib diikuti para pemeluknya. Dengan
menjadikan ajaran agama sebagai tolak ukur kebenaran, maka pengetahuan agama
sangat sarat dengan nilai baik dan buruk, benar dan salah. Sepanjang pengetahuan
itu tidak bertentangan dengan ajaran yang tertuang dalam kitab yang
diperpegangi, maka pengetahuan itu dianggap benar.
(Waksena, 2012)
2.3
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGETAHUAN DALAM DIRI SESEORANG
2.3.1 Pendidikan
Pendidikan adalah
sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Anonim dalam
Wikipedia, 2012).
Pendidikan adalah suatu usaha
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan
tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan
sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari
obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek
tersebut (Anonim dalam duniabaca, 2011).
2.3.2 Informasi / Media Massa
Media yang secara
khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari
media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah. Pengertian
informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah "that of
which one is apprised or told: intelligence, news". Kamus lain
menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula
yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah
informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi
informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data,
teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data.
Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak
dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia
sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi. (Anonim dalam Wikipedia, 2012).
Informasi yang diperoleh baik
dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Anonim dalam duniabaca, 2011).
2.3.3
Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang
dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau
buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
2.3.4
Lingkungan
Lingkungan adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun
sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan
oleh setiap individu.
2.3.5
Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber
pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan
cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar
selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
Usia mempengaruhi terhadap
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan
aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu
orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan
hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai
jalannya perkembangan selama hidup :
Ø Semakin tua semakin
bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan
sehingga menambah pengetahuannya.
Ø Tidak dapat mengajarkan
kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik
fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya
kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ
seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
(Anonim dalam duniabaca,
2011)
2.4
HAKIKAT PENGETAHUAN
Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir
dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi,
persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi,
keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Dalam komunikasi
keseharian, kita sering menggunakan kalimat seperti, “Saya terampil
mengoperasikan mesin ini”, “Saya sudah terbiasa menyelesaikan masalah itu”,
“Saya menginformasikan kejadian itu”, “Saya meyakini bahwa masyarakat pasti
mempercayai Tuhan”, “Saya tidak emosi menghadapi orang itu”, dan “Saya
mempunyai pikiran-pikiran baru dalam solusi persoalan itu”.
Ketika mengamati atau
menilai suatu perkara, kita biasanya menggunakan kalimat-kalimat seperti, saya
mengetahuinya, saya memahaminya, saya mengenal, meyakini dan mempercayainya.
Berdasarkan realitas ini, bisa dikatakan bahwa pengetahuan itu memiliki derajat
dan tingkatan. Disamping itu, bisa jadi hal tersebut bagi seseorang adalah
pengetahuan, sementara bagi yang lainnya merupakan bukan pengetahuan. Terkadang
seseorang mengakui bahwa sesuatu itu diketahuinya dan mengenal keadaannya
dengan baik, namun, pada hakikatnya, ia salah memahaminya dan ketika ia
berhadapan dengan seseorang yang sungguh-sungguh mengetahui realitas tersebut,
barulah ia menyadari bahwa ia benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut
sebagaimana adanya.
Pengetahuan adalah suatu
keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara. Keluasan
dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa kita sangat
bergantung pada sejauh mana reaksi, pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita
dengan objek-objek eksternal. Walhasil, makrifat dan pengetahuan ialah suatu
keyakinan yang kita miliki yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud
karena terbentuknya hubungan-hubungan khusus antara subjek (yang mengetahui)
dan objek (yang diketahui) dimana hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan.
John Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pengetahuan dan
beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu
penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk dari
hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa
berubah.
Dalam pengetahuan sangat
mungkin terdapat dua aspek yang berbeda, antara lain:
2.4.1 Hal-hal yang diperoleh
Pengetahuan seperti ini
mencakup tradisi, keterampilan, informasi, pemilkiran-pemikiran, dan
akidah-akidah yang diyakini oleh seseorang dan diaplikasikan dalam semua
kondisi dan dimensi penting kehidupan. Misalnya pengetahuan seseorang tentang
sejarah negaranya dan pengetahuannya terhadap etika dan agama dimana
pengetahuan-pengetahuan ini nantinya ia bisa aplikasikan dan menjadikannya sebagai
dasar pembahasan.
2.4.2 Realitas yang terus berubah.
Sangat mungkin pengetahuan
itu diasumsikan sebagai suatu realitas yang senantiasa berubah dimana perolehan
itu tidak pernah berakhir. Pada kondisi ini, seseorang mengetahui secara khusus
perkara- perkara yang beragam, kemudian ia membandingkan perkara tersebut satu
sama lain dan memberikan pandangan atasnya, dengan demikian, ia menyiapkan
dirinya untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru yang lebih global.
(Abdullah, 2008)
2.5
SUMBER PENGETAHUAN
Pengetahuan yang kita bahas
sekarang itu memiliki sumber (source)
diantaranya adalah:
2.5.1 Intuisi
Ketika kita berbicara
mengenai intuisi subuah maen stream yang terbangun dibenak kita adalah sebuah
eksperimen, coba-coba, yang berawal dari sebuah pertanyaan dan keraguan maka
lahirlah insting. Sebuah bahasa sederhana juga penulis temukan penjelasan
mengenai apa itu intuisi?, Kamus Politik karangan B.N. Marbun mengatakan : daya
atau kemampauan untuk mengetahui atau memahami sesuatu tampa ada dipelajari
terlebih dahulu
2.5.2 Rasional
Pengetahuan rasional atau
pengetahuan yang bersumber dari akal adalah suatu pengetahuan yang dihasilkan
dari proses belajar dan mengajar, diskusi ilmiah, pengkajian buku, pengajaran
seorang guru, dan sekolah. Hal ini berbeda dengan pengetahuan intuitif atau
pengetahuan yang berasal dari hati. Pengetahuan ini tidak akan didapatkan dari
suatu proses pengajaran dan pembelajaran resmi, akan tetapi, jenis pengetahuan
ini akan terwujud dalam bentuk-bentuk “kehadiran” dan “penyingkapan” langsung
terhadap hakikat-hakikat yang dicapai melalui penapakan mistikal, penitian
jalan-jalan keagamaan, dan penelusuran tahapan-tahapan spiritual. Pengetahuan
rasional merupakan sejenis pengetahuan konsepsional atau hushuli, sementara
pengetahuan intuisi atau hati adalah semacam pengetahuan dengan “kehadiran”
langsung objek-objeknya atau hudhuri.
2.5.3 Emperikal atau Indra
Tak diragukan bahwa
indra-indra lahiriah manusia merupakan alat dan sumber pengetahuan, dan manusia
mengenal objek-objek fisik dengan perantaraanya. Setiap orang yang kehilangan
salah satu dari indranya akan sirna kemampuannya dalam mengetahui suatu
realitas secara partikular. Misalnya seorang yang kehilangan indra
penglihatannya maka dia tidak akan dapat menggambarkan warna dan bentuk sesuatu
yang fisikal, dan lebih jauh lagi orang itu tidak akan mempunyai suatu konsepsi
universal tentang warna dan bentuk. Begitu pula orang yang tidak memiliki
kekuatan mendengar maka dapat dipastikan bahwa dia tidak mampu mengkonstruksi
suatu pemahaman tentang suara dan bunyi dalam pikirannya. Atas dasar inilah,
Ibnu Sina dengan menutip ungkapan filosof terkenal Aristoteles menyatakan bahwa
barang siapa yang kehilangan indra-indranya maka dia tidak mempunyai makrifat
dan pengetahuan. Dengan demikian bahwa indra merupakan sumber dan alat makrifat
dan pengetahuan ialah hal yang sama sekali tidak disangsikan. Hal ini bertolak
belakang dengan perspektif Plato yang berkeyakinan bahwa sumber pengetahuan
hanyalah akal dan rasionalitas, indra-indra lahiriah dan objek-objek fisik sama
sekali tidak bernilai dalam konteks pengetahuan. Dia menyatakan bahwa hal-hal
fisikal hanya bernuansa lahiriah dan tidak menyentuh hakikat sesuatu.
Benda-benda materi adalah realitas-realitas yang pasti sirna, punah, tidak
hakiki, dan tidak abadi. Oleh karena itu, yang hakiki dan prinsipil hanyalah
perkara-perkara kognitif dan yang menjadi sumber ilmu dan pengetahuan adalah
daya akal dan argumen-argumen rasional.
Akan tetapi, filosof-filosof
Islam beranggapan bahwa indra-indra lahiriah tetap bernilai sebagai sumber dan
alat pengetahuan. Mereka memandang bahwa peran indra-indra itu hanyalah
berkisar seputar konsep-konsep yang berhubungan dengan objek-objek fisik
seperti manusia, pohon, warna, bentuk, dan kuantitas. Indra-indra tak berkaitan
dengan semua konsep-konsep yang mungkin dimiliki dan diketahui oleh manusia,
bahkan terdapat realitas-realitas yang sama sekali tidak terdeteksi dan
terjangkau oleh indra-indra lahiriah dan hanya dapat dicapai oleh daya-daya
pencerapan lain yang ada pada diri manusia. Konsep-konsep atas
realitas-realitas fisikal dan material yang tercerap lewat indra-indra, yang
walaupun secara tidak langsung, berada di alam pikiran, namun juga tidak
terwujud dalam akal dan pikiran kita secara mandiri dan fitrawi. Melainkan
setelah mendapatkan beberapa konsepsi-konsepsi indrawi maka secara bertahap
akan memperoleh pemahaman-pemahaman yang lain. Awal mulanya pikiran manusia
sama sekali tidak mempunyai konsep-konsep sesuatu, dia seperti kerta putih yang
hanya memiliki potensi-potensi untuk menerima coretan, goresan, dan gambar. Dan
aktivitas persepsi pikiran dimulai dari indra-indra lahiriah.
Mengapa jiwa yang tunggal
itu sedemikian rupa mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam menyerap semua
pengetahuan? Filosof Ilahi, Mulla Sadra, mengungkapkan bahwa keragaman
pengetahuan dan makrifat yang dimiliki oleh manusia dikarenakan kejamakan
indra-indra lahiriahnya. Mulla Sadra juga menambahkan bahwa aktivitas
persepsi-persepsi manusia dimulai dari jalur indra-indra itu dan setiap
pengetahuan dapat bersumber secara langsung dari indra-indra lahiriah atau
setelah berkumpulnya konsepsi-konsepsi indrawi barulah pikiran itu dikondisikan
untuk menggapai pengetahuan-pengetahuan lain. Jiwa itu secara esensial tak
mempu menggambarkan objek-objek fisikal tanpa indra-indra tersebut
2.5.4
Wahyu
Sebagai manusia yang
beragama pasti meyakini bahwa wahyu merupakan sumber ilmu, Karena diyakini
bahwa wakyu itu bukanlah buatan manusia tetapi buatan Tuhan Yang Maha Esa.
(Abdullah, 2008)
BAB III
PENUTUP
Secara garis besar pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat serta ilmu pengetahuan
dapat dikatakan benar apabila memenuhi kriteria teori koheren, teori
korespondensi, dan teori pragmatis. Secara umum jenis pengetahuan antara lain
pengetahuan langsung, pengetahuan tak langsung, pengetahuan konseptual, pengetahuan
partikular, dan pengetahuan universal. serta apabila ditinjau dari sudut
pengetahuan itu diperoleh dibedakan menjadi pengetahuan biasa, pengetahuan
ilmiah atau ilmu pengetahuan, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kedalaman pengetahuan seseorang antara lain,
pendidikan, informasi/media massa, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Hakekat dari pengetahuan terdapat dua aspek penting yaitu
hal-hal yang diperoleh, dan realitas yang berubah. Sumber dari pengetahuan itu
sendiri antara lain dari intuisi, rasional, empirikal atau indra, dan wahyu.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, Assyari. 2008. Definisi dan Jenis-jenis Pengetahuan. Tersedia di: http://referensiassyariabdullah.blogspot.com/2008/04/definisi-dan-jenis-jenis-pengetahuan.html
[diakses pada 16 September 2012]
Anonim. 2012. Pengetahuan.
Tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/
Pengetahuan [diakses pada 16 September 2012]
Anonim. 2011. Definisi
Pengetahuan serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. Tersedia di:
http://duniabaca.com/definisi-pengetahuan-serta-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuan.html
[diakses pada 16 September 2012]
Waksena. 2012. Jenis Pengetahuan. Tersedia di: http://elearningpendidikan.com/
jenis-pengetahuan.html [diakses 16 September 2012]
Departemen
Pendidikan Nasional. (2003). Kamus
besar Bahasa Indonesia. Edisi
3. Jakarta : Balai Pustaka.
Notoatmodjo,
Soekidjo. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Oktaviandry, Navel.
2012. Pengetahuan Ilmiah, Penelitian Ilmiah, dan Jenis Pengetahuan. Tersedia
di: http://navelmangelep.wordpress.com/
2012/02/21/pengetahuan-pengetahuan-ilmiah-penelitian-ilmiah-dan-jenis-penelitian/
[diakses pada 16 September 2012]
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBenar.. Manusia memang harus selalu menambah ilmu pengetahuannya, karena dengan ilmu pengetahuan seseorang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang salah
ReplyDelete