BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari atas
saluran pencernaan dan organ aksesori. Secara anatomis saluran pencernaan
terbagi atas dua bagian yaitu saluran pencernaan atas yang dimulai dari mulut
sampai usus halus bagian distal, dan organ aksesori yang terdiri atas hati,
kandung empedu, dan pancreas.
1. Mu l u t
Mulut merupakan bagian awal dari
saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian luar yang sempit ( vestibula )
yaitu ruang di antara gusi dan gigi dengan bibir dan pipi, serta bagian dalam
yang terdiri atas rongga mulut. Pada mulut ini terdapat palatum anterior dan
post erior yang terdiri atas membran mukosa ( palatum mole ). Pada saat fetus terdapat
saluran dari mulut dan hidung adalah satu dan kemudian terpisah oleh prosesus
palatinus yang akan bertemu digaris tengah, dan apabila menetap palatum yang
terpisah dapat terjadi sumbing. Di mulut, makanan mengalami proses mekanis yang
pertama disebut proses mengunyah dengan cara menghancurkan makanan sehingga
tidak melukai dinding saluran pencernaan dan memungkinkan makanan sampai merata
dengan bahan yang terdapat dalam saliva ( liur ) yang mengandung enzim
pencernaan pati amilase selama 3 bulan pertama, khususnya enzim amilase akan
memecah amilium menjadi maltose.
Proses menghisap, menggigit dan
menelan merupakan aktivitas pada mulut bayi akan mampu membentuk segel di
sekeliling puting susu atau dot sehingga mudah lebih kuat lidah dalam
berlawanan dengan palatum. Dalam proses pengeluaran ( sekresi ) saliva
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor mekanis adanya benda (
bolus ) dalam mulut, fackor psikis bila mencium atau mengingat makanan yang
enak dan factor kimiawi bila makanan terasa asam atau asin.
2. Faring dan Esophagus
Bagian saluran pencernaan yang
terletak di belakang hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan
bagian terlebar di bagian atas, yang berjalan hingga vertebra servikal ke enam,
kemudian faring langsung berhubungan dengan esophagus, sebuah tabung yang memiliki
otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm, yang terletak dibelakang trakea dan
didepan tulang punggung kemudian masuk melalui torax menembus di diafragma yang
berhubungan langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung.Kemudian bagian esophagus berfungsi
menghantarkan makanan d ari faring menuju lambung. Bentuknya seperti silinder
yang berongga dengan panjang kurang lebih 2 cm. kedua ujungnyadilindungi oleh
sfingter bagian atas dalam keadaan normal selalu tertutup kecuali bila makanan
akan masuk kedalam lambung atau muntah,keadaan ini dimaksud untuk mencegah
gerakan balikan kesisi 3 organ bagian atas yaitu esophagus. Proses
penghantaran makanan dilakukan dengan kerja peristaltic.
3.Lambung
Bagian saluran pencernaan yang
terdiri atas bagian atas disebut fundus, bagian tama dan bagian bawah yang
horizontal yakni antrum pilorik. Lambung berhubungan angsung dengan esophagus
melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik,
lambung ini terletak dibawah diafragma dan di depan pancreas, limfa menempel
pada sebelah kiri fundus. Lambung memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi motorik,
yakni sebagair e s e r v o i r yaitu menampung makanan sampai di cerna sedikit
demi sedikit, dan sebagai pencampur yakni memecah akanan menjadi partikel-partikel
kecil dan campur dengan asam lambung. Kedua, fungsi ekresi dan pencernaan yakni
untuk mensekresi pepsin dan HCL yang akan memecah rotein menjadi pepton, sedang
amilase memecah amilum menjadi maltose, lipase memecah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol, untuk membantuk sekresi gastrin, mensekresi faktor intrinsic yang
memungkinkan mengabsorbsi vitamin B12 usus halus yaitu di ileum dan mensekresi
mucus yang bersifat protektif.
4. Usus Halus
Tabung berlipat-lipat dengan panjang
kurang lebih 2,5 m dalam keadaan hidup. Kemudian akan bertambah panjang menjadi
kurang lebih 6 m pada orang yang telah meninggal akibat relaksasi otot yang
telah kehilangan tonusnya yang terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi
oleh usus besar yang memanjang dari lambung sampai katup ileo kolika. Fungsi
usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorbsic h im e dari lambung.
Sebagai tempat absorbsi makanan. Zat-zat makanan yang telah halus akan di
absorbsi di dalam usus halus yaitu pada uodenum. Di sini terjadi absorbsi besi,
kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A,D,E,K dengan bantuan empedu dan
asam folat, serta sejumlah tempat untuk mengabsorbsi gula,asam amino dan lemak.
5. Usus Besar
Usus besar atau juga disebut sebagai
kolon merupakan sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup ileokolik
atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan. Fungsi utama usus besar
adalah mengabsorbsi air ( kurang lebih 90% ), elektrolit, vitamin, dan sedikit
glukosa. Kapasitas absorbsi air kurang lebih 5000cc per hari. Flora yang
terdapat dalam usus berfungsi untuk mensintesis vitamin K dan B serta
memungkinkan pembusukan ampas makanan.
Perkembangan saluran gastrointestinal Perkembangan saluran gastrointestinal
di mulai dari mulut hingga anus. Perkembangan ini dapat melalui beberapa tahap
mulai dari konsepsi hingga lahir dalam saluran gastrointestinal ini organ yang
mengalami perkembangan antara lain : esophagus, organ ini sudah dapat di
identifikasi pada usia minggu keempat masa gestasi. Setelah minggu keempat atau
minggu t erakhir panjangnya diperkirakan mencapai 10 cm. kemudian perkembangan
organ lambung dapat di identifikasi seperti esophagus akan tetapi secara terus
menerus dapat mengalami perkembangan hingga trimester kedua. Selain itu bentuk
dari lambung pada umumnya lebih horizontal dan bundar hingga usia 2 tahun,
dengan berangsur-angsur memanjang sampai usia 7 tahun. Kemudian pada masa
trimester ke 3 panjang usus halus dapat mencapai 250-300 cm, dengan luasnya
20-30 cm. usus halus ini dapat mengalami perkembangan hingga 4 m pada masa anak
atau dewasa.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Dari uraian latar belakang makalah diatas, kami ingin
menguraikan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Keracunan ?
2. Apa etiologi dari Keracunan ?
3. Apa saja gejala klinis pada anak yang
mengalami keracunan ?
4. Bagaimana Penatalaksanaannya ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak dengan keracunan ?
1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan makalah dengan studi kepustakaan ini
adalah :
1. Agar
mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang permasalahan yang timbul pada
kasus Keracunan.
2. Memperoleh
pemahaman konsep yang benar tentang Keracunan sehingga
nantinya dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien.
3. Asuhan
keperawatan yang kita berikan akan lebih bermutu bila ada keseimbangan antara
pengetaahuan teori dan kecakapan praktice.
4. Memenuhi
tugas mata kuliah GADAR II
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 PENGERTIAN
Racun adalah zat atau bahan yang bila
masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, suntikan dan absorbsi melalui kulit
atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak
kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih organ atau
jaringan. (Mc Graw-Hill Nursing Dictionary)
Racun adalah zat-zat yang dapat
menyebabkan penyakit luka atau kematian.(Pujiadi Solihin, 2000)
Keracunan bahan kimia dalam makanan
merupakan akibat dari memakan tanaman atau hewan yang mengandung racun.
Keracunan pada anak adalah masuknya
racun ke dalam tubuh anak yang akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan
serius jaringan bahkan organ tubuh. ( Kelompok)
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik
melalui saluran pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan gejala klinis.
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, terdapat
perbedaan - perbedaan baik fisik, fisiologis maupun psikologis dengan orang
dewasa. Fungsi organ-organ tubuh belum matang, demikian pula dengan fungsi
pertahanan tubuh yang belum sempurna.
2.2 Faktor-Faktor
Yang Mempermudah Terjadinya Keracunan
Secara umum factor-faktor yang mempermudah terjadinya
keracunan antara lain :
1) Perkembangan kepribadian anak
usia 0 - 5 tahun masih dalam fase oral sehingga ada kecenderungan untuk
memasukkan segala yang dipegang kedalam mulutnya.
2) Anak-anak masih belum
mengetahui apa yang berbahaya bagi dirinya (termasuk disini anak dengan
retardasi mental)
3) Anak-anak mempunyai rasa ingin
tahu yang besar. Itu membuatnya tak bisa diam dan ingin meraih apa saja
yang dilihatnya.
4) Anak-anak pada usia ini
mempunyai sifat negativistik yaitu selalu menentang perintah atau melanggar
larangan. Ia cenderung tampil sebagai pembangkang, selalu menentang
perintah, dan melanggar larangan. Walaupun berbahaya, peringatan orang tua
diacuhkan.
2.3 ETIOLOGI
Sumber Racun
Sumber racun bermacam-macam seperti
polusi limbah industri yang mengandung logam berat, bahan makanan yang
terkontaminasi oleh kuman seperti salmonella, sthapilococcus clostridium
botulinum, jamur beracun. Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan
melampaui dosis normal tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan memberikan efek
samping yan g merupakan racun bagi tubuh.
Kita perlu mengenali bahan-bahan yang dapat meracuni
tubuh serta gejala dan penanganannya.Peran orang tua dalam pencegahan maupun
penanganan bahaya keracunan pada anak sangatlah besar. Anak belum dapat
membedakan mana yang baik dimakan dan tidak. Bahkan di usia dini, apa saja yang
bisa dipegang dan dimasukkan ke mulut, akan dilakukannya. Sekalipun beracun,
anak tidak mempedulikannya. Nah, tugas orang tualah untuk menyimpan benda dan
zat berbahaya, seperti minyak tanah, obat serangga, sabun, cairan pembersih,
pewarna kuku dan sebagainya di tempat yang aman dari jangkauan anak.
Diakui dr. Arlin Algerina, Sp.A , keracunan
atau masuknya zat racun ke dalam tubuh anak lebih sering terjadi di rumah atau
lingkungan sekitar rumah. Prosesnya bisa melalui saluran pencernaan, saluran
napas, dan permukaan kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis.
Keracunan pada anak, ujar dokter dari RS Internasional
Bintaro, Tangerang, Banten ini, sebenarnya tidak kelewat berbeda dengan
keracunan pada kalangan dewasa. Hanya saja karena secara alamiah tingkat
perkembangan fisik, kepribadian dan emosi maupun fungsi organ-organ tubuh anak
belum sematang orang dewasa, akibat yang ditimbulkannya jadi berbeda. Selain
itu, sistem dan fungsi pertahanan tubuhnya belum sempurna. Tak heran keracunan
yang terjadi pada anak umumnya lebih fatal dibanding orang dewasa.
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan
tergantung seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang
dapat menyebabkan keracunaan adalah :
1) Obat-obatan :
Salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin
2) Gas toksin : Karbon
monoksida, gas toksin iritan
3) Zat kimia industri
: Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon
4) Zat kimia pertanian
: Insektisida
5) Makanan : Singkong,
Jengkol, Bongkrek
6) Bisa ular atau
serangga
2.4 GEJALA
Inilah kasus keracunan yang banyak terjadi, beserta
gejala dan penanganan pertamanya:
1. Keracunan Hidrokarbon
Kelompok hidrokarbon yang sering menyebabkan keracunan
berupa iritasi pada paru-paru adalah minyak tanah, bensin, minyak cat, thinner maupun
"minyak" isi untuk korek api.
* GEJALA KLINIS
Batuk, napas pendek dan sesak karena terjadi pengerutan
di saluran napas, kulit membiru, bahkan batuk darah. Bisa juga terjadi depresi
susunan saraf pusat yang mengakibatkan terjadi penurunan kesadaran. Kondisi ini
kadang disertai gejala lain semisal kejang, mual-muntah, nyeri perut dan diare.
* PERTOLONGAN PERTAMA:
Rangsang supaya muntah agar zat berbahaya yang ditelan
anak dapat segera dikeluarkan. Caranya, tekan lidah anak kuat-kuat dengan
sendok, sodok perlahan daerah pangkal mulutnya. "Namun cara ini masih
kontroversial karena dikhawatirkan mengundang terjadinya radang paru,"
kata Arlin. Terlebih bila jumlah zat yang ditelan cukup banyak atau hidrokarbon
yang ditelan tercampur bahan berbahaya lain, seperti pada pestisida.
Rangsangan muntah harus segera dilakukan sambil memberi perlindungan
pada jalan napas. Selanjutnya, berikan obat antiracun atau norit yang biasanya
dapat dibeli bebas di apotek. Akan tetapi pemberian norit kadang tak cukup
efektif mengingat daya sensitivitas norit itu sendiri kerap berbeda pada setiap
penggunaan.
Bila ada tanda-tanda tekanan pada pernapasannya, buka
seluruh pakaian yang dikenakan. Minta orang-orang yang mengerubunginya untuk
menjauh, sehingga anak leluasa mendapat udara. Selanjutnya, jangan menunda
waktu, segera bawa anak ke dokter untuk penanganan yang lebih intensif. Dokter
biasanya akan melakukan kumbah atau cuci lambung, melakukan oksigenisasi, napas
buatan, selain memberikan obat-obatan antibiotika.
2. Keracunan Insektisida
Keracunan organofosfat, salah satu unsur insektisida
(racun serangga), lebih sering dijumpai karena memang banyak dipakai.
Organofosfat sering dicampur dengan bahan pelarut minyak tanah. Dengan
demikian, pada keracunan ini harus diperhatikan tanda-tanda dan penatalaksanaan
keracunan minyak tanah selain akibat organofosfat itu sendiri.
* GEJALA KLINIS
Terjadi proses sekresi atau keluarnya air mata secara
berlebih, urinasi, diare, gejala kerusakan lambung, miosis (pengecilan ukuran
manik mata), dan bronkokonstriksi (penyempitan bronkus) dengan sekresi
berlebihan. Disamping itu, anak tampak sesak dan banyak mengeluarkan lendir
serta mulutnya berbusa. Bisa juga terjadi bradikardia atau perlambatan denyut
jantung, hingga kurang dari 60 kali per menit. Gejala lainnya adalah
hiperglikemia (konsentrasi gula darah yang tinggi), kejang, penurunan kesadaran
sampai koma.
* PERTOLONGAN PERTAMA
Secara garis besar sama saja dengan pertolongan pertama
pada keracunan hidrokarbon. Namun setelah melepas baju dan apa saja yang
dikenakan anak, cucilah tubuhnya dengan sabun dan siram dengan air mengalir.
3. Keracunan Makanan
Faktor penyebabnya antara lain:
-Makanan tersebut mengandung zat-zat kimia berbahaya yang
bila ditelan dapat membuat anak keracunan, seperti jengkol, jamur, dan singkong
yang mengandung zat cyanogenic unamarine yang dapat membahayakan tubuh.
- Proses pengolahan dan penyimpanannya salah. Bisa
juga karena sudah kedaluwarsa sehingga makanan itu kini berubah menjadi racun.
-Makanan yang dikonsumsi tercemar oleh zat beracun, baik
yang disengaja semisal pengawet, zat pewarna dan penyedap, maupun yang tidak
disengaja karena makanan tersebut ternyata mangandung kuman salmonella,
staphylococcus dan kuman lainnya.
* Gejala Klinis
Mual, perut terasa panas, pusing, lemah/lemas, sesak,
serta pernapasan berlangsung cepat dengan bau khas. Gejala lainnya adalah
kejang, berkeringat, mata menonjol dan midriasis (bola mata membesar). Mulut
umumnya berbusa bercampur darah. Sedangkan pada mereka yang berkulit putih,
warna kulitnya menjadi merah bata sementara warna kulit umumnya menjadi kebiru-biruan
karena kekurangan oksigen.
* Pertolongan Pertama
Buka ruangan yang tertutup agar oksigen dapat dengan
mudah dihirup anak. Jangan mengerumuninya. Buka pakaian atau benda-benda yang
dikenakan agar pori-porinya mendapat oksigen.
Usahakan zat beracun yang tertelan anak dapat segera
dikeluarkan dengan cara merangsangnya supaya muntah. Berikan zat antiracun.
Untuk menghambat proses kerja racun, berikan ia susu dan air kelapa muda.
Namun, usaha ini hanya untuk menghambat dan bukan untuk mengobati. Jadi, anak harus
tetap dibawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.
* Gejala Klinis Keracunan Makanan Kedaluwarsa
Umumnya, makanan kaleng yang rusak atau tercemar
mengandung kuman Clostridium botulinum yang berbahaya buat
tubuh. Gejala klinisnya adalah mata kabur, refleks cahaya menurun atau malah
negatif, dan kelumpuhan otot-otot mata. Gejala lainnya adalah kelumpuhan
saraf-saraf otak yang bersifat simetrik, disartria (kesulitan
menelan), dysarthria (gangguan bicara), maupun kelumpuhan atau general
paralyse.
* PERTOLONGAN PERTAMA
Kurang lebih sama dengan penanganan keracunan singkong.
Namun karena kuman sangat cepat menyerang organ-organ tubuh, penanganannya
relatif sulit dilakukan awam. Bawalah segera ke dokter untuk mendapat
penanganan yang tepat.
4. Keracunan Salisilat
Paling sering dijumpai pada anak. Mengapa? Karena
salisilat biasanya dikemas dalam bentuk menarik dengan rasa yang disukai
anak-anak sebagai obat batuk, obat pusing, demam, flu dan lainnya. Kalau letak
obat-obatan itu mudah dijangkau anak atau disimpan sembarangan, sangat mungkin
mereka meminumnya dengan dosis berlebih.
Bisa juga orang tua sendiri memberikan obat-obatan yang
mengandung salisilat ini secara berlebih tanpa menyadari bahayanya. Padahal
minum salisilat secara berlebihan dapat menyebabkan iritasi bagian-bagiah
lambung, stimulasi saraf, mempengaruhi metabolisme karbohidrat, disamping
meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh. Dampak merugikan lainnya adalah
gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal yang bisa menyebabkan gagal ginjal
akut, kelainan asam basa dan elektrolit, odema paru dan hipertermia.
* GEJALA KLINIS
Bila saluran pencernaan yang terkena, gejala klinis yang
akan muncul adalah mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran
pencernaan. Sedangkan jika susunan saraf pusat yang terkena akan timbul gejala
klinis berupa pernapasan cepat dan dalam, bunyi berdengung, gangguan perhatian,
halusinasi dan kejang sampai koma.
* PERTOLONGAN PERTAMA
Beri rangsangan muntah yang dilanjutkan dengan pemberian
norit. Selain agar salisilat dapat segera dikeluarkan, obat antiracun pun dapat
bekerja menghambat proses keracunan. Beri anak minum air putih
sebanyak-banyaknya agar terjadi peningkatan pengeluaran air seni sebanyak 3-6
ml per kg berat badan. Dengan cara demikian, zat racun yang masuk ke tubuh bisa
segera dibantu pengeluarannya.
5. Keracunan Gigitan Binatang
Gigitan binatang berbisa kadang tak bisa dihindari.
Akibat yang ditimbulkan bisa berbeda-beda, tergantung dari jenis racun binatang
yang masuk ke tubuh korban.
* GEJALA KLINIS
Bentol-bentol, kulit melepuh, bengkak, jantung berdebar
keras, kehilangan pandangan, pusing dan tubuh membiru.
* PERTOLONGAN PERTAMA
Pada kasus yang ringan, seperti digigit serangga, orang
tua dapat mengoleskan obat penghangat, seperti minyak kayu putih atau balsem.
Pada kasus yang relatif berat seperti gigitan ular, hambatlah aliran darahnya
dengan membebat daerah yang terkena gigitan, tapi biasanya cara ini kurang
efektif. Langkah yang terbaik adalah dengan sesegera mungkin membawa anak ke
dokter untuk mendapatkan perawatan yang benar dan memadai.
1) Rasa terbakar di tenggorokan
dan lambung.
2) Pernafasan yang cepat dan
dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah.
3) Mual, muntah, haus, buang air
besar cair.
4) Sakit kepala, telinga berdenging,
sukar mendengar, dan pandangan kabur.
5) Bingung.
6) Koma yang dalam dan kematian
karena kegagalan pernafasan.
7) Reaksi lain yang kadang bisa
terjadi ; demam tinggi, haus, banyak berkeringat, bintik merah kecil di kulit
dan membran mukosa.
2.5 TANDA
– TANDA KHUSUS PADA KERACUNAN
Tanda-tanda khusus pada keracunan tertentu antara lain :
1) B A U
- Aceton : Methanol,
isopropyl alcohol, acetyl salicylic acid
- Coal gas : Carbon
monoksida
- Buah per :
Chloralhidrat
- Bawang putih :
Arsen, fosfor, thalium, organofosfat
- Alkohol : Ethanol,
methanol
- Minyak : Minyak
tanah atau destilat minyak
2) K U L I T
- Kemerahan : Co,
cyanida, asam borax, anticholinergik
- Berkeringat :
Amfetamin, LSD, organofosfat, cocain, barbiturate
- Kering :
Anticholinergik
- Bulla : Barbiturat,
carbonmonoksida
- Ikterus :
Acetaminofen, carbontetrachlorida, besi, fosfor, jamur
- Purpura : Aspirin,
warfarin, gigitan ular
- Sianosis : Nitrit,
nitrat, fenacetin, benzocain
3) SUHU TUBUH
- Hipothermia :
Sedatif hipnotik, ethanol, carbonmonoksida, clonidin, fenothiazin
- Hiperthermia :
Anticholinergik, salisilat, amfetamin, cocain, fenothiazin, theofilin
4) TEKANAN DARAH
- Hipertensi :
Simpatomimetik, organofosfat, amfetamin
- Hipotensi : Sedatif
hipnotik, narkotika, fenothiazin, clonidin, beta-blocker
5) N A D I
- Bradikardia :
Digitalis, sedatif hipnotik, beta-blocker, ethchlorvynol
- Tachikardia : Anticholinergik,
amfetamin, simpatomimetik, alkohol, cokain, aspirin,theofilin.
- Arithmia : Anticholinergik,organofosfat, fenothiazin,
carbonmonoksida, cyanida,beta-blocker.
6) SELAPUT LENDIR
- Kering : Anticholinergik
- Salivasi : Organofosfat, carbamat
- Lesi mulut : Bahan korosif,
paraquat
- Lakrimasi : Kaustik,
organofosfat, gas irritant
7) RESPIRASI
- Depressi : Alkohol, narkotika,
barbiturat, sedatif hipnotik
- Tachipnea : Salisilat,
amfetamin, carbonmonoksida
- Kussmaull : Methanol, ethyliene
glycol, salisilat
8) OEDEMA PARU : Salisilat,
narkotika, simpatomimetik
9) SUS. SARAF PUSAT
- Kejang : Amfetamin, fenothiazin, cocain, camfer,
tembaga, isoniazid, organofosfat, salisilat, antihistamin, propoxyphene.
- Miosis : Narkotika ( kecuali
demerol dan lomotil ), fenothiazin, diazepam,organofosfat (stadium lanjut),
barbiturat,jamur.
- Midriasis : Anticholinergik, simpatomimetik, cocain,
methanol, lSD, glutethimid.
- Buta,atropi optik : Methanol
- Fasikulasi : Organofosfat
- Nistagmus : Difenilhidantoin, barbiturat, carbamazepim,
ethanol, carbon monoksida, ethanol
- Hipertoni : Anticholinergik,
fenothiazin, strichnyn
- Mioklonus,rigiditas :
Anticholinergik, fenothiazin, haloperidol
- Delirium/psikosis :Anticholinergik, simpatomimetik,
alkohol, fenothiazin, logam berat, marijuana, cocain, heroin, metaqualon
- Koma : Alkohol, anticholinergik, sedative hipnotik,
carbonmonoksida, Narkotika, anti depressi trisiklik, salisilat, organofosfat
- Kelemahan,paralise :
Organofosfat, carbamat, logam berat
10) SAL.PENCERNAAN
- Muntah,diare, : Besi, fosfat,
logam berat, jamur, lithium, flourida, organofosfat
- Nyeri perut
2.6 KERACUNAN
KHUSUS YANG SERING DIJUMPAI
1) Keracunan
Hidrokarbon
2) Keracunan
Insektisida
3) Organofosfat
4) Keracunan Carbamate
( baygon )
5) Keracunan Ketela
Pohon
6) Keracunan Jengkol
7) Botulisme
8) Keracunan Makanan
9) Salisilat
2.7 PENATALAKSANAAN
1) Tindakan emergensi
Airway
: Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita
tidak bernafas spontan atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation
: Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi jaringan.
2) Identifikasi
penyebab keracunan.
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan,
tapi hendaknya usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda
usaha-usaha
penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.
3) Eliminasi racun.
1. Racun yang ditelan
a) Rangsang muntah
Akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam pertama
sesudah menelan bahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam tidak perlu
dilakukan rangsang muntah kecuali bila bahan beracun tersebut mempunyai efek
yang menghambat motilitas ( memperpanjang pengosongan ) lambung.
Rangsang muntah dapat dilakukan secara mekanis dengan
merangsang palatum mole atau dinding belakang faring,atau dapat dilakukan
dengan pemberian obat- batan :
- Sirup Ipecac
Dapat diberikan pada anak diatas 6 bulan. Pada anak usia
6 - 12 bulan 10 ml 1 – 12 tahun 15 ml > 12 tahun 30 ml. Pemberian sirup
ipecac diikuti dengan pemberian 200 ml air putih. Bila sesudah 20 menit tidak
terjadi muntah pada anak diatas 1 tahun pemberian ipecac dapat diulangi.
- Apomorphine
Sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir
100%,dapat menyebabkan muntah dalam 2 - 5 menit. Dapat diberikan dengan dosis
0,07 mg/kg BB secara subkutan.
Kontraindikasi rangsang muntah :
- Keracunan hidrokarbon,
kecuali bila hidrokarbon tersebut mengandung bahan-bahan yang berbahaya seperti
camphor, produk-produk yang mengandung halogenat atau aromatik, logam berat dan
pestisida.
- Keracunan bahan
korossif
- Keracunan bahan-2
perangsang CNS ( CNS stimulant , seperti strichnin )
- Penderita kejang
- Penderita dengan
gangguan kesadaran
b) Kumbah
lambung
Kumbah lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam
sesudah menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat menghambat
pengosongan lambung. Kumbah lambung seperti pada rangsang muntah tidak boleh
dilakukan pada :
- Keracunan bahan
korosif
- Keracunan
hidrokarbon
- Kejang
c) Pemberian Norit ( activated charcoal )
Jangan diberikan bersama obat muntah, pemberian norit
harus menunggu paling tidak 30 - 60 menit sesudah emesis. Dosis 1 gram/kg BB
dan bisa diulang tiap 2 - 4 jam bila diperlukan, diberikan per oral atau
melalui pipa nasogastrik.
Indikasi pemberian norit untuk keracunan :
- Obat2 analgesik/
antiinflammasi : acetamenophen, salisilat, antiinflamasi non
steroid,morphine,propoxyphene.
- Anticonvulsants/
sedative : barbiturat, carbamazepine, chlordiazepoxide, iazepam phenytoin,
sodium valproate.
- Lain-lain :
amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis, quinine, theophylline,
cyclic anti – depressants Norit tidak efektif pada keracunan Fe, ithium,
cyanida, asam basa kuat dan alcohol.
d) Catharsis
Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan bila
ada gagal ginjal, diare yang berat ( severe diarrhea ), ileus paralitik atau
trauma abdomen.
e) Diuretika paksa ( Forced diuretic )
Diberikan pada keracunan salisilat dan phenobarbital (
alkalinisasi urine ). Tujuan adalah untuk mendapatkan produksi urine 5,0
ml/kg/jam,hati-hati jangan sampai terjadi overload cairan. Harus dilakukan
monitor dari elektrolit serum pada pemberian diuresis paksa. Kontraindikasi :
edema otak dan gagal ginjal.
f) Dialysis
Hanya dilakukan bila usaha-usaha lain sudah tidak membawa
hasil. Bermanfaat hanya pada bahan beracun yang bisa melewati filter dialisis (
dialysa ble toxin ) seperti phenobarbital, salisilat, theophylline, methanol,
ethylene glycol dan lithium.
Dialysis dilakukan bila :
- Asidosis berat
- Gagal ginjal
- Ada gejala gangguan
visus
- Tidak ada respon
terhadap tindakan pengobatan.
g) Hemoperfusi masih merupakan kontroversi dan
jarang digunakan.
2. Racun yang disuntikkan atau sengatan
a) Immobilisasi
b) Pemasangan
torniquet diproksimal dari suntikan
c) Berikan
antidotum bila ada
3. Racun pada kulit dan mata
Lepaskan semua yang dipakai kemudian bersihkan dengan
sabun dan siram dengan air yang mengalir selama 15 menit. Jangan diberi
antidotum.
4. Racun yang dihisap melalui saluran nafas
Keluarkan penderita dari ruang yang mengandung gas racun.
Berikan oksigen. Kalau perlu lakukan pernafasan buatan.
4) Pengobatan Supportif
1. Pemberian cairan dan elektrolit
2. Perhatikan nutrisi penderita
3. Pengobatan simtomatik ( kejang,
hipoglikemia, kelainan elektrolit dsb.)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a) Pengkajian
difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang
mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung dan status
kesadaran.
b) Riwayat
kesadaran : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama
diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
2. Data Obyektif
a) Saluran
pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran
pencernaan.
b) Susunan
saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi, delirium,
kejang sampai koma.
c) BMR
meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
d) Gangguan
metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam jumlah besar, hipoglikemi
atau hiperglikemi dan ketosis.
e) Gangguan
koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan trombositopenia
f) Gangguan
elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau ipokalsemia.
3.2.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap (
urin, gula darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas
serum, elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto
toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes
toksikologi kuantitatif.
3.3.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Tidak efektifnya pola nafas b.d
hipoventilasi/hiperventilasi
2) Resiko tinggi kekurangan cairan
tubuh b.d mual dan muntah
3) Tidak efektifnya koping
individu b.d kecemasan
3.4. INTERVENSI
1) Tidak
efektifnya pola nafas b.d hipoventilasi/hiperventilasi
Intervensi :
- Jika pernafasan
depresi ,berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa
diperlukan
- Pertolongan pertama
yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan
hidup,mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yang meliputi
resusitasi, : Air way, breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi
melalui pencernaaan dengan cara kumbah lambung, emesis, atau katarsis dan
keramas rambut.
- Perawatan suportif;
meliputi mempertahankan agar pasien tidak sampai demam atau mengigil, monitor
perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat, distress
pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah
dan kemungkinan fatal atau kematian.
2) Resiko
tinggi kekurangan cairan tubuh b.d mual dan muntah
Intervensi :
- Monitir vital sign
setiap 15 menit untuk beberapa jam dan laporkan erubahan segera kepada dokter.
- Catat
tanda-tanda seperti muntah,mual,dan nyeri abdomen serta monotor emua muntah akan
adanya darah.
- Observasi fese dan
urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan dokter.
3) Tidak efektifnya koping
individu b.d kecemasan
Intervensi :
- Memberikan
penjelasan pada orang tua sehubungan dengan yang sedang dialami anak
- Memberikan health
education pada orang tua tentang penyebab keracunan
- Memberikan teknik
relaksasi pada anak.
BAB IV
PENUTUP
4.1.KESIMPULAN
Racun adalah zat atau bahan yang bila
masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, suntikan dan absorbsi melalui kulit
atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak
kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih organ atau
jaringan. (Mc Graw-Hill Nursing Dictionary)
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan
tergantung seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang
dapat menyebabkan keracunaan adalah :
1) Obat-obatan :
Salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin
2) Gas toksin : Karbon
monoksida, gas toksin iritan
3) Zat kimia industri
: Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon
4) Zat kimia pertanian
: Insektisida
5) Makanan : Singkong,
Jengkol, Bongkrek
6) Bisa ular atau
serangga
Pengobatan Supportif
1. Pemberian cairan dan elektrolit
2. Perhatikan nutrisi penderita
3. Pengobatan simtomatik ( kejang,
hipoglikemia, kelainan elektrolit dsb.)
4.2 SARAN
Perawatan dari anak-anak ini memerlukan ketrampilan dan,
jika mereka dirawat dirumah, maka harus ada pelayanan pendukung yang efektif.
Tindakan perawatan spesifik bertujuan :
Pencegahan terjadinya keracunan
Memperthankan saluran pernafasan yang bersih
Menemukan cara terbaik untuk memberikan makanan pada anak
dan menjamin asupan makanan yang adekuat
Menentukan suatu sistem komunikasi sehingga anak dapat
mengutarakan, kebutuhan, keinginan dan kerinduannya, dan
Mendorong agar anak menggunakan kemampuannya dan membantu
anak mengembangkan kemampuannya secara penuh.
Daftar Pustaka
Alimul, aziz hidayat. 2008.Pengantar ilmu keperawatan anak 2 cet. 3 jilid ke 2. Jakarta; Salembamedika.
BETS,Cecili Lynn. 2009 . Buku saku : keperawatan pediatric edisi 5 cet 1. Jakarta; EGC
Pudijiadi, solihin. 2000.Ilmu gizi klinis pada anak Ed.4 . Jakarta; Gaya baru
Sartono, Drs. 2002.Racun dan
keracunan cetakan1. Jakarta. Widya medika.
No comments:
Post a Comment