Thursday, March 17, 2011

Psikologi Dakwah

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Psikologi Dakwah merupakan ilmu yang mengkaji tentang gejala-gejala yang berhubungan dengan Interaksi sosial kemasyarakatan antara da’i dan mad’u oleh karena itu dalam diri manusia selalu terdapat beberapa elemen yang layak untuk kita ketahui bersama, guna mempermudah Kita sebagai makhluk sosial dalam bermasyarakat, Oleh karena penting sekali mengkaji tentang unsur-unsur yang ada dalam diri manusia.

Dalam pembahasan kali ini akan dikupas masalah peranan motif sebagai pendekatan sosial masyarakat mengingat posisi motif dalam Interaksi sosial berada di garda depan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dan teori-teori motivasi?

2. Bagaimana klasifikasi Motif?

3. Bagaimana peranan motivasi sebagai pendekatan sosial?

BAB II

PEMBAHASAN

A. MOTIVASI DAN TEORI-TEORINYA

Secara etimologi motif ata motive berasal dari kata motion yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Sedangkan secara terminologi banyak dari beberap ahli psikologi yang mendefinisikannya. Sherif menyebut motif sebagai suatu istilah generik yang meliputi sema faktor internal yang mengarah pada berbagai jenis perilaku yangbertuan pada pengaruh internal. Sedangkan Giddens mendefinisikan motif sebagai dorongan yang memberikan energi pada manusia sepanjang lintasan perilaku ke arah pemuasan kebutuahan. Dari sini penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam perspektif psikologi motif merupakan rangsangan atau dorongan yang dapat membangkitkan tenaga manusia atas terjadinya perilaku.

Istilah motif mengacu pada sebab atau mengapa seseorang berperilaku. Dari kata motif ini terbentuk kata motifasi. Menurut Sartain dalam Psychology understanding of human behaviour seperti yang dikutip oleh Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa makna Motivasi adalah suatu pernyataan yang komplek di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku ke suatu tujuan atau perangsang.[1]

Para ahli psikologi menempatkan motivasi pada posisi penentu bagi kegiatan hidup individu dalam usahanya mencapai tujuan. Motif adalah impulse atau dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia sepanjang lintasan kognitif atau perilaku ke arah pemuasan kebutuhan. Motif bukan hanya merupakan suatu keadaan perasaan. Motif bukan hanya merupakan suatu dorongan fisik, tetapi juga merupakan orientai kognitif, elementer yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan.[2] Oleh karena itu motifasi dipandang sangat penting dalam kehidupan manusia. Adapun para psikolog memberikan pengertian dan teori-teori sebagai berikut:

1. Sigmund Freud berpendapat bahwa dasar dari motivasi tingkah laku manusia adalah insting (naluri).

2. Abraham Maslaw berpendapat bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan bersal dari sumber genesis atau naluriah.

3. K. S.Lashlay berpendapat bahwa motivasi dikendalikan oleh respon-respon susunan syaraf sentral ke arah rangsangan dari dalam dan dari luar yang fariasinya sangat kompleks, termasuk perubahan kompoisi kimiawi dan aliran darah.

4. Fillmore H.Sanford berpendapat bahwa motivasi itu motion yang berarti gerakan. Oleh karena itu Ia mengartikan motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan suatu organisme dan mengarahkannya kepada suatu tujuan.

5. Floyd L. Ruch berpendapat bahwa motivasi manusia sangat kompleks dan dapat mempengaruhi manusia dalam tiga cara:

a. Motif memungkinkan pola rangsang dari luar diri manusia mengalahkan rangsangan lain yang menyainginya

b. Motif dapat membuat seseorang terikat dalam satu kegiatan tertentu ehingga ia dapat menemukan objek atau situasi khusus diluar dirinya.

c. Motif dapat menimbulkan kekuatan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih berat.[3]

B. KLASIFIKASI MOTIF

Penggolongan motif dalam diri manusia menurut Ahli Psikologi :

1. Sartain, membagi motif menjadi 2 golongan:

a. Physiological Drive : Dorongan yang bersifat fisiologis. Jika kebutuhan dorongan terpenuhi maka seseorang menjadi tenang. Contoh; rasa lapar, haus, lelah dll.

b. Social Motives : Dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika)[4]

2. Woodworth, membagi motif menjadi 2 golongan:

a. Unlearned Motives : Motif yang timbul disebabkan oleh kekurangan-kekurangan atau kebutuhan-kebutuhan dalam tubuh.

b. Learned Motives: merupakan aspek-aspek yang disadari meliputi motif-motif untuk mendekatkan diri dan menjauhkan diri dari sesuatu.

C. PERANAN MOTIVASI SEBAGAI PENDEKATAN SOSIOLOGI

Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia. Tujuan motivasi secara umum adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.

Tujuan motivasi bagi seorang da’i adalah menggerakkan atau memacu objek dakwah (mad’u) agar timbul kesadaran yang membawa perubahan tingkah laku sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Dalam proses dakwah di harapkan seorang da’i mamppu menggerakkan atau menimbulkan kekuatan dalam diri mad’u dan memimpin mad’u untuk bertindak sesuai denan ajaran-ajaran agama yang disampaikan. Selanjutnya seorang da’i dituntut untuk mengarahkan tingkah laku mad’u dengan menciptakan lingkungan yang dapat menguatkan dorongan-dorongan tersebut. Sehingga motivasi mempunyai peranan penting sebagai pendekatan sosiologi.

Sigmund Freud membagi insting manusia menjadi dua, yaitu: insting untuk hidup dan insting untuk mati, maka dalam Islam dikenal juga potensi positif dan negatif yang dimiliki manusia yang teraktualiasi dalam perilaku manusia sehari-hari. Freud memandang agresi (perilaku merusak atau melukai) sebagai insting dasar. Insting untuk mati (energi naluri kematian) terbentuk dalam diri manusia sampai suatu saat dilepas keluar dalam bentuk nyata atau ke dalam bentuk perilaku merusak diri. Bilamana seseorang tidak dapat berbuat berdasarkan atas dorongan insting yang bersifat merusak, maka hal itu disebabkan oleh norma-norma masyarakat yang tidak mengizinkan. Oleh karena itu dorongan-dorongan naluriah manusia itu harus dikontrol dengan kekuatan-kekuatan lain diluar diri manusia sepertikekuatan sosial ataupun agama dalammasyarakat dimana kekuatannya dapat mengarahkan tingkah laku manusia sebagian anggota masyarakat. Melalui kegiatan dakwah sesorang Da’i dapat menekan naluri destruktif mad’u dengan terus memberikan motifasi-motifasi agar mad’u dapat mengembangkan nalri konstruktif yang Ia miliki.

Berdasarkan teori kebutuhan Abraham Maslaw, manusia memiliki kebutuhan yang menjadi dasar dari motifasi tingkah lakunya. Kebutuhan yang paling mendesakakan mendominasi tingkah laku seseorang untuk mencapainya dan perhatiannya kepada kebutuhan yang lain akan terabaikan. Karena itu dalam proses kegiatan dakwah pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan manusia mutlak diperhatikan, karena tanpa menghampiri motif-motif pokok manusia, pesan-pesan dakwah mustahil dapat mempengaruhi perilaku objek dakwah (Mad’u) sebagaimana yang diharapkan.

Penting bagi seorang da’i mengetahui motif-motif mendesak dari sasaran dakwahnya agar seorang Da’i mampu menyesuaikan materi dakwah, metode dakwah atau strategi dakwah yang tepat agar tujuan dakwah dapat tercapai.

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Tujuan motivasi bagi seorang da’i adalah menggerakkan atau memacu objek dakwah (mad’u) agar timbul kesadaran yang membawa perubahan tingkah laku sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Dalam proses dakwah di harapkan seorang da’i mamppu menggerakkan atau menimbulkan kekuatan dalam diri mad’u dan memimpin mad’u untuk bertindak sesuai denan ajaran-ajaran agama yang disampaikan. Selanjutnya seorang da’i dituntut untuk mengarahkan tingkah laku mad’u dengan menciptakan lingkungan yang dapat menguatkan dorongan-dorongan tersebut. Sehingga motivasi mempunyai peranan penting sebagai pendekatan sosiologi.

Penting bagi seorang da’i mengetahui motif-motif mendesak dari sasaran dakwahnya agar seorang Da’i mampu menyesuaikan materi dakwah, metode dakwah atau strategi dakwah yang tepat agar tujuan dakwah dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Faizah dan Lalu Mukhsin Effendi.2006. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana.

Ahmad Mubarok.2002. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Arifin, M.2000. Psikologi Dakwah(Suatu Pengantar Study). Jakarta: Bumi Aksara.



[1] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 60.

[2] Faizah dan H. Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, hlm.107

[3] H. Muhammad Arifin, Psikologi dan beberapa Aspek kehidupan rohaniah manusia, hlm.51

[4] Ibid. hlm. 62

No comments:

Post a Comment