Thursday, May 6, 2010

Biografi Al-Ghozali

KOMPONEN PEMBELAJARAN

Imam Al-Ghazali Lahir pada 450 H (1058 M) di desa Taberan distrik Thus, Persia, dan bernama Abu Hamid Muhammad, Gelarnya adalah "Hujjatul Islam" dan gelar wangsanya adalah Ghazzali. Nama ayahnya kurang begutu dikenal namun kakeknya adalah orang terpandang pada masanya.

Ayahnya meninggal dalam usia muda sehingga meninggalkan ia diasuh oleh ibu dan kakeknya. Ghazzali disebut-sebut sebagai nama sebuah desa distrik Thus, provinsi Khurasan, Persia. Menurut Maulana Syibli Nu'mani, leluhur Abu Hamid Muhammad mempunyai usaha pertenunan (ghazzal) dan karena itu dia melestarikan gelar keluarganya "Ghazzali" (penenun).
Pendidikannya, pada saatnya Ayahnya meninggal dunia, pendidikan kedua anaknya dipercayakan kepada salah seorang kepercayaannya. Dia memberikan keduanya pendidikan dasar lalu mengirimkan ke Maktab swasta. Kedua anak tersebut mampu menghafal al-quran dalam waktu singkat. Setelah itu mereka mulai belajar bahasa arab.
mereka kemudian dimasukan kedalam madrasah bebas [independen]. Setelah beberapa waktu Ghazzali meninggalkan kota kelahirannya untuk beberapa waktu untuk menempuh pendidikan tinggi di Zarzan dan belajar dibawah bimbingan ulama besar, Imam Abu Nashr Ismail. Ghazzali senantiasa mencatat perkuliahannya, tetapi dalam suatu peristiwa catatan tersebut ikut terbawa bawa perampok bersama barang-barangnya. Tetepi beliau memberikan diri untuk mendatangi kepala perampok untuk meminta kepada mereka catatan kuliah beliau. Alhamdulillah catatanya tersebut dikembalikan.

Kemudian beliau masuk ke Madrasah Nizamiyah di Nishapur, yang waktu itu adalah pusat pendidikan terpandang dan dipimpin oleh ulama tersohor bernama Imam Haramain, yang memiliki 400 orang murid tiga diantara muridnya menjadi ulama-ulama terkenal, Harasi, Ahmad bin Muhammad dan Ghazzali. Setelah kejadian itu Ghazzali pergi ke pusat kekhalifahan di Bagdad saat itu usia Ghazzali berumur 28 tahun.

Di Bagdad beliau diangkat menjadi Rektor madrasah Nizamiyah oleh Nizamul Mulk.
Ratusan ulama,pejabat kekhalifahan, dan bangsawan yang berkuasa menghadiri perkuliahan Imam Ghazzali yang disampaikan dengan penuh pemikiran, argumen dan alasan. kebanyakan daftar perkuliahan dicatat oleh Sayyid bin Fariz dan Ibn Lubban. keduanya mencatat sekitar 183 bahan perkuliahan yang kemudian dikumpulkan dalam Majalis-i Ghazzaliyah.
Imam Ghazzali adalah pengikut Imam Syafi'i dalam usia mudanya tetapi di Bagdad dia bergaul dengan kalangan dari berbagai mazhab fiqh, pemikiran , dan gagasan : Syi'i, Sunni, Zindiqi, Majusi, Teolog sklolastik, kristen, Yahudi, Ateis. Dan ini berpengaruh pada pemikiaran Imam Ghazali dan pada kehidupannya berubah total. Ia meninggalkan Bagdad, mengenakan pakaian sufi dan menyelinap meninggalkan Bagdad disuatu malam pada tahun 488 H.
Ia pergi ke Damaskus lalu mengasingkan diri dalam sebuah kamar mesjid dan dengan penuh kesungguhan melakukan ibadah, tafakur dan zikir. disini dia mengabiskan waktu selama dua tahun dalam kesendirian dan kesunyian. Pada usia 27 tahun, ia di tahbis oleh Pir Abu 'Ali Farnadi yang juga guru spiritual Wazir Nizamul Mulk. setelah dua tahun, dipergi ke Yerusalem dan berjiaran pada tempat kelahiran Nabi Isa As. pada tahun 499 H ia berjiarah ke tempat suci

Nabi Ibrahim As dan disana dia memancangkan tiga sumpah :

  1. Tidak akan pergi ke Dardar seorang penguasa.
  2. Tidak akan menerima pemberian mereka.
  3. Tidak akan terlibat dalam suatu perdebatan agama.

Ia memegang sumpahnya hingga meninggalnya. Selanjutnya dia melakukan ibadah Haji dan mengunjungi Madinah dan tinggal di "Kota Nabi" ini cukup lama. Ketika pulang ia diminta penguasa untuk menjadi rektor Madrasah Nizamiyah, tetapi sewaktu penguasa itu terbunuh maka dia meletakan jabatannya sebagai rektor, penguasa yang baru menawarkan kembali, namun beliau menolaknya.

Dia wafat di desa asalnya, Taberan, pada 14 Jumadil Akhir 505 H bertepatan pada tanggal 9 Desember 1111 M, Ibn Jauzi menceritakan tentang kisah kematiannya. Ia berkata "pada senin dini hari menjelang subuh dia bangkit dari tempat tidurnya dan hendak menunaikan sholat Shubuh dan kemundian setelah itu menyuruh seseorang untuk membawakan kain kafan kepadanya, setelah kain itu diberikan, ia mengangkatnya tinggi hingga ke mata lalu berkata, 'perintah Tuhan di titahkan untuk di taati.' ketika mengatakan demikian ia bernafas untuk terakhir kalinya, beliau meninggalkan seorang anak perempuan." adapun karya-karya beliau selama hidup hampir 55 tahun dan sudah memulai menulis buku sejak usia 20 tahun. Buku yang beliau tulis hampir berjumlah 400 judul.

No comments:

Post a Comment