Tuesday, April 27, 2010

MAHAROH KALAM

Strategi Pembelajaran Kalam

Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern, termasuk bahasa arab, karena berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian. Komunikasi timbal balik dengan menggunakan bahasa sebagai medianya, dan nama lain dari maharotul kalam adalah ta’bir yang mana keduanya memiliki perbedaan dan persamaan, adapun perbedaannya, kalam itu lebih menekankan pada kemampuan lisan, sedangkan ta’bir disamping secara lisan juga dapat diwujudkan dalam bentuk lisan. Adapun persamaannya terdapat pada keaktifannya untuk menyatakan apa yang ada dalam pikiran seseorang.

Terdapat empat strategi dalam pembelajaran kalam, yakni sebagai berikut:

a) Strategi I

Dengan menggunakan media berupa gambar baik yang diproyeksikan maupun tidak, yang mana bertujuan untuk melatih siswa agar menceritakan sesuatu yang dilihat, baik secara lisan maupun secara tulisan, sedangkan langkah-langkahnya adalah:

1) Mamilih sebuah gambar yang sesuai dengan tema yang diinginkan

2) Tunjukkan gambar tersebut kepada para siswa, seperti ditempel dipapan tulis

3) Mintalah siswa untuk menyebutkan nama benda atau bagian yang ada dalam gambar tersebut dalam bahasa arab

4) Mintalah masing-masing siswa untuk menyusun kalimat dari gambar tersebut secara lisan

5) Mintalah masing-masing siswa untuk menyusun kalimat dari gambar tersebut secara tertulis

6) Mintalah masing-masing siswa untuk mempresentasikan hasilnya

7) Berikan klasifiasi terhadap hasil pekerjaan siswa tersebut.

b) Strategi II

Strategi Jigsaw (cape-cape) dengan membentuk beberapa kelompok kecil yang mana bertujuan untuk memahami isi sebuah bacaan secara utuh. Sedangkan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Buatlah beberapa kelompok sesuai dengan jumlah topik bahasan atau jumlah paragrap dari bacaan yang akan dipelajari

2) Bagikan naskah pada kelompok-kelompok tersebut dengan masing-masing kelompok satu buah topik atau paragrap

3) Berilah waktu untuk membaca, memahami dan menta’birkan dengan kelompok masing-masing secara bergantian

4) Setelah kerja kelompok ini selesai, buatlah kelompok kedua dengan jumlah kelompok yang sama dengan kelompok prtama yang mana masing-masing anggota kelompok disebar dan bergabung dengan anggota dari kelompok lain

5) Mintalah masing-masing siswa dalam setiap kelompok untuk menta’birkan apa yang sudah dipahami dari kelompok yang pertama, dengan demikian mereka akan memiliki pemahaman dari topik atau paragrap yang berbeda

6) Mintalah masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasilnya secara utuh

7) Berikan klasifikasi diakhir presentasi agar pemahaman terhadap isi bacaan tersebut tidak keliru.

c) Strategi III

Strategi Small Group Presentation yang mana dalam atrategi tersebut membagi satu kelas menjadi beberapa kelompok kecil dan masing-masing kelompok diberi pengajar, kemudian hasilnya dipresentasikan di kelas. Tujuan dari srategi tersebut untuk lebih mengaktifkan semua siswa, sehingga mereka akan merasakan pengalaman belajar yang sama, adapun langkah-langkahnya adalah:

1) Menentukan topik yang akan dipelajari

2) Mengajak seluruh siswa untuk terlebih dahulu menentukan dan menyampaikan unsur-unsur atau hal-hal apa saja yang harus disampaikan oleh siswa

3) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil

4) Meminta masing-masing siswa untuk mempresentasikan kelompoknya secara bergantian

5) Memberikan klasifikasi terhadap hasil yang dipresentasikan oleh masing-masing siswa.

d) Strategi IV

Strategi gallery session atau poster session yang mana tujuan dari strategi tersebut adalah untuk melatih kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan dan mampu memvisualisasikan dalam bentuk gambar, sedangkan tujuan dari gambar tersebut adalah agar siswa lebih mudah menghafal dan mengingatnya, adapun langkah-langkahnya adalah:

1) Menentukan topik-topik bahasan yang akan dipelajari

2) Membagi siswa dalam beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok diberi teks dengan topik yang berbeda

3) Meminta seluruh siswa dalam masing-masing kelompok membaca dan memahami teks tersebut bersama-sama

4) Meminta masing-masing kelompok menuangkan isi bacaan dalam bentuk gambar (visualisasi), yang mana bentuk dan unsur-unsur yang ada dalam gambar merupakan pokok-pokok pikiran yang ada dalam bacaan tersebut

5) Meminta masing-masing kelompok untuk menempelkan gambar dalam galery yang telad disediakan, tapi jika tidak menuangkan maka dapat ditempelkan dipapan pengumuman atau didinding kelas, baik didalam atau diluar

6) Meminta masing-masing kelompok untuk menunjuk seorang penjaga dapa galery guna untuk mempresentasikannya apabila terdapat para pengunjung yang mempertanyakan isi atau maksud dari gambar tersebut

7) Meminta semua siswa(selain penjaga galery) untuk berkeliling kemasing-masing galery dan bertanya kepada mesing-masing penjaga tentang gambar yang dipajang dengan bahasa arab

8) Setiap penjaga harus menjelaskan maksud dari gambar tersebut dalam bahasa arab

9) Setelah waktu yang ditentukan habis, mintalahsemua siswa untuk kembali kekelas atau tempat duduk semula

10) Berikan komentar dan klasifikasi tentang keseluruhan proses yang telah dilakukan, termasuk isi dari masing-masing bacaan yanf telah dipelajari.

Adapun tahapan-tahapan latihan berbicara meliputi:

1) Latihan asosiasi dan identifikasi

Guna latihan tersebut untuk melatik spontanisasi siswa dan kecepatannya dalam nengidentifikasi dan mengasosiasikan makan ujaran yang didengarnya.

2) Latihan pola kalimat

Yang mana latihan tersebut menggunakan pengajaran berapa qowaid atau struktur.

3) Latihan percakapan

Latihan tersebut dapat diambil dari topik tentang kehidupan sehari-hari atau kegiatan-kegiatan yang dekat dengan kehidupan siswa, seperti tanya jawab, menghafal model dialog dan lain-lain.

4) Bercerita

Mungkin tahap tersebut salah satu kegiatan yang menyenagkan, akan tetapi sipendengar tentu akan merasakan kejemuan, dan kejemuan itu dapat diatasi dengan variasi pokok cerita atau bentuknya.

5) Diskusi

Tahap tersebut dapat dilakukan dengan berbagai model diskusi, seperti diskusi kelas dan kelompok berhadapan, diskusi panel, dan lain-lain, akan tetapi topik diskusi hendaknya bersifat umum dan populer, tidak sukar, disesuaikan dengan minat dan selera pendiskusi (orang yang terlibat dalam diskusi tersebut).

6) Wawancara

Guna untuk mengaktivkan antara pembicara dan pendengar yang mana kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan teman sekelas, tamu dan lain-lain.

7) Drama

Guna untuk mengarahkan siswa kepada pemakaian kalimat dan ungkapan yang baik, pemakaian bentuk-bentuk format dan informal, sekaligus memupuk keberanian siswa terutama dalam menghadapi pihak penonton.

8) Berpidato

Tahap ini perlu karena sifatnya selalu resmi dan membutuhkan gaya bahasa yang lebih baik dan hendaknya dilakukan setelah siswa mempunyai cukup pengalaman dalam berbagai kegiatan berbicara yang lain, seperti: percakapan, bercerita dan sebagainya yang mana telah disebutkan di atas.

Sedangkan media pembelajaran kalam bisa dengan menggunakan

a) Papan pameran

b) Papan tulis

c) Papan magnetic

d) Lukisan dinding

e) Lingkaran jam

f) Slide dan film diam

g) Tamasya

h) Permainan bahasa, dan lain-lain.

Tuesday, April 13, 2010

Pengertian hadits Mutawatir

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Hadits mutawatir

Maka untuk mengetahui lebih jelasnya hadits mutawatir seperti apa yang baik agar sesuai dengan kebutuhan, maka akan kami paparkan hal tersebut sebagai berikut.

  1. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian hadits mutawatir?

2. Apa saja Pembagian hadits mutawatir?

3. Ada Berapa Syarat hadits mutawatir?


BAB II

PEMBAHASAN

Hadits di tinjau dari segi jumlah rowi atau banyak sedikitnya perowi yang menjadi sumber berita, maka dalam hal ini pada garis besarnya hadits dibagi menjadi dua macam, yakni hadits mutawatir dan hadits ahad.

  1. Hadits Mutawatir

a. Ta'rif hadits mutawatir

Kata mutawatir menurut lughat adalah isim fail dari fiil madhi ( ) yang berarti beriring-iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain. Menurut istilah, ialah suatu hadits tanggapan panca indera yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk dusta.

Hadits mutawattir ialah suatu hadits yang diriwayatkan sejumlah rawi yang mustahil mereka bersepakat berbuat dusta, hal tersebut seimbang dari permulaan sanad hingga akhirnya, tidak terdapat kejanggalan jumlah pada setiap ikatan.

Tidak dapat dikategorikan hadits mutawatir, segala berita yang diriwayatkan dengan tidak bersandar pad panca indera, seperti meriwayatkan tentang sifat-sifat manusia, baik yang terpuji maupun yang tercela, juga berita yang diriwayatkan oleh orang banyak, tetapi mereka berkumpul untuk bersepakat mengadakan berita-berita secara dusta.

Hadits yang dapat dijadikan pegangan hukum haruslah diyakini kebenarannya, karena kita tidak mendengar hadits itu langsung dari Nabi Muhammad SAW, maka jalan penyampaian hadits itu dapat memberikan keyakinan tentang kebenaran hadits tersebut. Dalam sejarah para rawi, diketahui bagaimana cara perawi menerima dan menyampaikan hadits. Ada yang melihat atau mendengar, ada pula yang dengan tidak melalui peraturan panca indera, misalnya dengan lafal diberitakan dan sebagainya. Dapat diketahui pula banyak atau sedikitnya orang yang meriwayatkan hadits itu.

Apabila jumlah yang meriwayatkan demikian banyak secara mudah dapat diketahui bahwa sekian banyak perawi itu tidak mungkin bersepakat untuk berdusta, maka penyampaian itu adalah secara mutawatir.

b. Syarat-syarat hadits mutawatir

1. Hadits (khabar) yang diberitakan oleh rawi-rawi harus berdasarkan tanggapan (daya tangkap) panca indera. Artinya berita yang disampaikan itu benar-benar merupakan hasil pemikiran semata atau rangkuman dari peristiwa-peristiwa yang lain dan yang semacamnya, dalam arti tidak merupakan hasil tanggapan panca indera (tidak didengar atau dilihat) sendiri oleh pemberitanya, maka tidak dapat disebut hadits mutawatir walaupun rawi yang memberikan itu mencapai jumlah yang banyak.

2. Bilangan para perawi mencapai suatu jumlah yang menurut adat mustahil mereka untuk berdusta. Dalam hal ini ulama' berbeda pendapat tentang batasan jumlah untuk tidak memungkinkan bersepakat dusta.

3. Abu thayib menentukan sekurang-kurangnya 4 orang, hal tersebut diqiyaskan dengan jumlah saksi yang diperlukan oleh hakim.

4. ashabus syafi'I menentukan minimal 5 orang. Hal tersebut diqiyaskan dengan jumlah para nabi yang mendapatkan gelar ulul azmi.

5. sebagian ulama menetapkan sekurang-kurangnya 20 orang. Hal tersebut berdasarkan ketentuan yang telah difirmankan Allah tentang orang-orang mukmin yang tahan uji, yang dapat mengalahkan orang-orang kafir sejumlah 200 orang (lihat surat al-Anfal ayat 65). Ulama yang lain menetapkan jumlah tersebut sekurang-kurangnya 40 orang.

6. namun ada qoul yang paling banyak peminatnyayaitu 10 orang

7. seimbang jumlah para perawi, sejak dalam thabaqat (lapisan/tingkatan) pertama maupun thabaqat berikutnya. Hadits mutawatir yang memenuhi syarat-syarat seperti ini tidak banyak jumlahnya, mutawatir itu memang ada, tetapi jumlahnya hanya sedikit.

c. Faedah Hadits Mutawatir

Hadits Mutawatir memberikan faedah imu daruri, yakni keharusan untuk menerimanya secara bulat sesuatu yang diberitahukan Mutawatir karena ia membawa keyakinan yang qath'i (pasti), dengan seyakin-yakinnya bahwa Nabi Muhammad SAW benar-benar menyabdakan atau mengerjakan sesuatu seperti yang diriwayatkan oleh rawi-rawi Mutawatir.

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa peneliti terhadap rawi-rawi hadits Mutawatir tentang keadilan dan kedlabitannya tidak diperlukan lagi, karena kuantitas/jumlah rawi-rawinya mencapai ketentuan yang dapat menjamin untuk tidak bersepakat dusta. Oleh karenanya wajiblah bagi setiap muslim menerima dan mengamalkan semua hadits Mutawatir.

d. Pembagian Hadits Mutawatir

Para ulama' membagi hadits Mutawatir menjadi 3 macam :

1. hadits Mutawatir lafzi

muhaddistin memberi pengertian hadist mutawatir lafdzi antara lain :

"suatu hadist yang sama bunyi lafadz menurut para rawi dan demikian juga pada hukum dan maknanya "

Contohnya:

Rasulullah bersabdah:" barang siapa sengaja bardusta atas manaku, maka hendaklah ia bersedia menduduki tempat duduknya di neraka

2. hadits Mutawatir ma'nawi

hadist mutawatir maknawi adalah:

hadist yang berlainan bunyi lafadz dan maknanya, tetapi dapat diambil suatu kesimpulannya satu makna yang umum.

Jadi hadist mutawatir maknawi adalah hadist mutawatir yang para perowinya berbeda dalam menyusun redaksi hadist tersebut, namun terdapat persesuaian atau kesamaan dalam maknanya.

Contoh:

"Rasulullah SAW tidak mengangkat kedua tangan beliau dalam do'a-do'anya selain dalam sholat istisqo' dan beliau mangangkat kedua tangannya, sehingga nampak putih kedua ketiaknya."(HR. Bukhori Muslim)

Hadist yang semakna dengan hadist diatas ada banyak, yaitu tidak kurang dari 30 buah dengan redaksi yang berbeda-beda antara lain: hadist-hadiat yang di takrijkan oleh imam Ahmad, Al Hakim, dan Abu Daud yang berbunyi:

Rasulullah SAW mengangkat tangan sejajar dengan kedua pundak beliau.

3. hadits Mutawatir amali

Hadist mutawatir 'amali adalah:

Sesuatu yang mudah dapat diketahui bahwa hal itu berasal dari agama dan telah mutawatir diantara kaum muslimin bahwa nabi melakukannya atau memerintahkan untuk melakukannya atau serupa dengan itu.

Contoh:

Kita melihat dimana saja bahwa dzuhur dilakukan sebbanyak 4 raka'at dan kita tahu bahwa hal itu adalah perbuatan yang diperintahkan oleh islam dan kita mempunyai sangkaan kuat bahwa nabi Muhammad memerintahkan demikian.

Disamping pembagian hadist mutawatir sebagainama tersebut diatas, juga ulama' yang membagi hadist mutawatir menjadi 2 (dua) macam saja. Mereka memasukkan hadist mutawatir 'amali kedalam mutawatir maknawi oleh karnanya hadist mutawatir hanya dibagi menjadi mutawatir lafdzi dan maknawi.