TEKS

SELAMAT DATANG DAN JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU & KOMENTAR YA.....

Monday, January 10, 2011

PROSES MENGHIMPUN BERITA

A. Latar Belakang

Dalam memasuki abad informasi dan komunikasi saat ini, banyak kegiatan yang terkait dengan masalah media massa umumnya, jurnalistik khususnya. Dalam hubungan ini, banyak anggota masyarakat dan mahasiswa yang berkeinginan menerjunkan diri dalam dunia jurnalistik dan dunia tulis-menulis. Namun, sejauh ini, banyak diantara meraka yang belum mengetahui dan memahami secara jelas bagaimana cara mencari dan menghimpun suatu berita dan apakah berita itu layak untuk diterbitkan ataukah tidak.

Oleh karena itu, dalam makalah ini kami sengaja menulis proses menghimpun berita diperuntukkan mahasiswa yang berkeinginan menjadi penulis handal dan mereka dapat memahami secara kaffa, apakah tulisan itu layak untuk dimuat ataukah tidak.

B. Proses Menghimpun Berita

Di permukaan bumi, berita itu ada dimana-mana. Kita tinggal menyeleksi mana yang betul-betul berita dan mana yang dapat diciptakan menjadi berita. Memilih bahan berita ini merupakan suatu kegiatan yang memiliki nilai seni tersendiri. Adapun pengumpulan bahan berita dapat melalui wawancara atau melalui peliputan. Yang mana proses menghimpun berita meliputi:

1. Penentu Berita

Tahap awal dari kerja redaksional adalah proses menentukan suatu peristiwa yang mempunyai nilai berita. Dalam hal ini melibatkan redaktur dan reporter.

Dalam proses ini, reporter sebaiknya membuat sebuah check-list (daftar periksa) yang biasa disebut planningsheet. Setelah reporter membuat abstraksi dari peristiwa yang telah diliput, untuk selanjutnya diserahkan ke meja redaktur untuk penilaian layak atau kurang layaknya suatu berita dimuat, dengan ditentukan seberapa kuat unsur-unsur nilai berita. Semakin banyak unsure nilai beritanya semakin tinggi kelayakan beritanya dimuat.

2. Dapur Redaksi

Dalam organisasi suratkabar, redaktuir dan pimpinan redaksi mengadakan rapat guna menentukan berita apa saja yang akan dimuat besok sebelum reporter ditugaskan.

Secara garis besar struktur hirarki keorganisasian pada suratkabar terdiri dari:

  1. Pimpinan Umum; orang yang memiliki suratkabar atau orang yang mewakilinya.
  2. Pimpinan Redaksi; orang yang bertanggung jawab atas operasional redaksional.
  3. Pimpinan Perusahaan; orang yang bertanggung jawab atas administrasi, keuangan dan pemasaran.
  4. Redaktur Pelaksana; orang yang bertugas mengawasi dan mengarahkan reporter.
  5. Reporter; peliput berita.
  6. Manager-manager; orang yang bertanggung jawab pada pimpinan perusahaan yang berkaitan dengan iklan, promosi, sirkulasi dan lainnya.

3. Beat atau Wilayah Peliputan

Setiap reporter memiliki wilayah peliputan yang berbeda dalam satu kerangka redaksional atau dalam istilah dunia suratkabar disebut dengan beat. Salah satu contohnya adalah redaktur kota menempatkan reporter-reporternya dalam beat masing-masing, seperti balai kota, pengadilan, kantor polisi, dinas social, bank dan tempat-tempat lain yang mengalami perkembangan informasi yang secara umum dibutuhkan oleh pembaca, dalam hal ini masyarakat secara keseluruhan. Namun selain itu redaktur juga memiliki reporter yang tidak ditugaskan dalam beat-beat tertentu dan dalam satu bidang tertentu yang disebut dengan pelaksana penugasan umum.

4. Wartawan dalam Aksinya

Menurut Charnley, menghimpun berita adalah pekerjan berat yang rata-rata abstraksi pekerjaannya menghabiskan waktu 13 jam sehari, namun kadang wartawan harus bekerja fulltime bahkan hari minggu-pun sebagian wartawan harustetap bekerja.

Mula-mula wartawan mencari gambaran peristiwa yang akan dimuat dalam suratkabar dengan melihat beberapa suratkabar lain sebagai pembanding mencari peristiwa, kemudian bermusyawarah dengan redaktur dan dibahas dalam rapat redaksi.

Setelah perihal berita yang akan diliput telah disepakati oleh redaktur, wartawan pergi menuju beatnya untuk mencari, mewawancarai dan menghimpun berita. Setelah pekerjaan itu selesai, maka hasilnya akan diberikan kepada redaktur untuk dibahas kembali dalam rapat budgeting yaitu rapat yang mengalokasikan berita-berita yang telah diliput oleh reporter yang biasa disebut rapat petang. Dalam rapat ini akan dilakukan klasifikasi berita dan ditentukan mana yang akan menjadi berita utama dan berita halaman lainnya kemudian baru dikirim ke bagian composing untuk dicetak.

5. Syarat-Syarat Wartawan yang Baik

Dalam dunia jurnalistik, seorang wartawan dituntut untuk memiliki daya penciuman yang tajam, yang biasa dikenal dengan "hidung wartawan", yaitu kemampuan yang mampu menjadikan sebuah informasi atau fakta menjadi sebuah berita yang layak untuk diberitakan.

Menurut Charnley dalam bukunya reporting 1975, ada empat hal yang perlu dimiliki olehseorang wartawan, yaitu:

  1. Pengalaman
  2. Perasaan ingin tahu
  3. Daya khayal atau imajinasi tinggi
  4. Pengetahuan luas

6. Menggali Berita

Pengertian menggali disini yaitu mencari aspek-aspek dalam kehidupan budaya atau social masyarakat atau dalam kegiatan pemerintahan yang dapat diangkat menjadi berita yang menarik perhatian khalayak.

Istilah menggali berita dalam suratkabar lebih dikenal sebagai "mencari berita". Pengertian ini timbul dari asumsi wartawan yaitu tidak ada istilah "tidak ada berita" dimana pun dan kapan pun wartawan itu berada.

7. Meliput Berita dengan Menyamar

Peliputan berita yang dilakukan dengan menyamar terkadang memang diperlukan dalam menunjang proses pengumpulan berita. Peliputan ini dilakukan karena adanya suatu hal yang tidak wajar atau sesuatu yang ditutup-tutupi.

Dalam etika jurnalistik, pemberitaan semacam ini dapat dipertanggungjawabkan selama demi kepentingan umum dan dari sisi hukum tidak menyalahi undang-undang yang berlaku. Penegasan ini diperjelas seiring dengan banyaknya masyarakat yang mempertanyakan apakah pemberitaan ini dapat dipertanggungjawabkan secara etika jurnalistik dan hukum. Tapi tidak semua peliputan ini dibenarkan, karena peliputan ini hanya dilakukan secara kasus per kasus tergantung dari masalahnya.

8. Kendala Menghimpun Berita

Pengekangan terhadap Kebebasan pers pada praktik sehari-hari tidak semata datang dari pemerintah, tetapi tidak jarang terjadi karena kepentingan penerbitan pers itu sendiri. Kelompok-kelompok bisnis bisa menjadi unsur penekan terhadap kebebasan pers, ketika sebuah surat kabar atau media cetak lain misalnya harus berhadapan dengan pemasang iklan yang menjadi penopang kelangsungan hidup media bersangkutan.

Sebaliknya dari pemberian, hadiah, amplop, freeebies atau apapun namanya wartawan, praktik lainnya merupakan juga keluarga dekatnya jurnalisme uang (money journalism) atau dalam pers barat dikenal sebagai checkbook journalism. Dalam jurnalisme uang bukan sumber berita yang memberikan hadiah atau amplop berisi uang kepada wartawan atau media. Tetapi wartawan atau media yang memberikan uang kepada sumber berita.

C. Simpulan

1. Penentu Berita

a. Penentuan berita merupakan tahap awal dalam proses Kerja Redaksional yang amat penting

b. Redaktur menentukan sesuatu yang harus diliput dan wartawan yang menentukan sendiri cara meliput

c. Membuat rencana / check list

d. Wartawan harus menentukan mana yang dimuat dan mana yang dibuang usai meliput

2. Beat

a. Hampir semua media (cetak/ elektronik) mempunyai wartawan kota yang bertanggung jawab meliput peristiwa dalam maupun luar kota

b. Redaktur kota wajib menugaskan wartawan meuju Beat (tempat tetap wartawan untuk mencari berita)

c. Wartawan yang ditugaskan meliput hanya dalam satu bidang saja (Reporter Pelaksana Penugasan Umum)

3. Wartawan dalam Aksinya

a. Pekerjaannya lazim di luar waktu atau lebih dari waktu kerja

b. Mengetahui fakta, mencatat dalam notes, menyiapkan pertanyaan wawancara, mengisi buku listing, menuju beat, mengikuti rapat budgeting dalam redaksi dan mengetik berita

c. Dari proses di atas, maka pekerjaan menghimpun berita merupakan

4. Syarat Wartawan yang Baik

a. Mempunyai pengalaman

b. Memiliki rasa ingin tahu tinggi

c. Mempunyai daya khayal/ imajinasi bagus

d. Mempunyai pengetahuan luas

e. Mempunyai karakter baik

5. Menggali Berita

a. Mengganti berita dalam praktek disebut menciptakan berita

b. Tidak boleh ada istilah tidak ada berita bagi wartawan

c. Menggali sendiri bahan untuk ditulis

d. Menggali sebuah berita jika wartawan merasa sepi berita

e. Menggali berita melalui dua aspek;

Ø Aspek kehidupan, budaya, social masyarakat atau pemerintah

Ø Penelusuran arsip, dokumentasi, buku, kliping, Koran dan majalah

6. Meliput dengan Menyamar

Meliput dengan menyamar sangat diperlukan sekali saat informasi yang dicari simpang siva dan ada pihak yang sengaja menyembunyikan informasi (dengan pegangan kode etik dan konsultasikan secara hukum)

D. Kepustakaan

Kusumaningrat, Hikmat Dan Purnama Kusumaningrat. 2006. Jurnalistik Teori Dan Praktik. Bandung: PT Rosdakarya.

Antar Semi, M. 1995. Teknik Penulisan Berita, Features Dan Artikel. Bandung: Angkasa.

http://bachtiarhakim.wordpress.com/2008/06/12/jurnalistik-teori-dan-praktik-hikmat-kusumaningrat-purnama-kusumaningrat/

3 comments: