TEKS

SELAMAT DATANG DAN JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU & KOMENTAR YA.....

Wednesday, June 16, 2010

AGAMA SEBAGAI FAKTOR KONFLIK DI MASYARAKAT


Oleh : Fi’atus Sholihah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama merupakan kebutuhan dasar manusia, karena agama merupakan sarana untuk membela diri terhadap segala kekacauan hidup manusia, hamper semua masyarakat menusia mempunyai agama.

Akan tetapi di sisi lain banyak ditemui dalam catatan sejarah, konflik yang terjadi akibat keangkuhan manusia yang membawa agama sebagai kepentingan nagsunya, masjid-masjid indah, gereja-gereja megah, kuil-kuil dan pura mempesona, mengapa bumi bau amis darah akibat pertempuran antar agama. Kemana ajaran ihsan, ke mana ajaran tatwan asih, kemana ajaran kasih, kemana ajaran dharma. Mengapa tidak dihayati sebagai kekuatan pribadi untuk berbuat dan membangun kesejahteraan masyarakat dunia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran agama sebagai factor konflik di masyarakat?

2. Bagaimana agama-agama indikasi konflik di masyarakat?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Agama Sebagai Faktor Konflik Di Masyarakat

Agama dalam satu sisi dipandang oleh pemeluknya sebagai sumber moral dan nilai, sementara di sisi lain dianggap sebagai sumber konflik. Menurut Afif Muhammad[1] : Agama acap kali menampakkan diri sebagai sesuatu yang berwajah ganda”. Sebagaimana yang disinyalir oleh John Effendi[2] yang menyatakan bahwa Agama pada sesuatu waktu memproklamirkan perdamaian, jalan menuju keselamatan, persatuan dan persaudaraan. Namun pada waktu yang lain menempatkan dirinya sebagai sesuatu yang dianggap garang-garang menyebar konflik, bahkan tak jarang, seperti di catat dalam sejarah, menimbulkan peperangan.

Sebagaiman pandangan Afif Muhammad, Betty R. Scharf juga mengatakan bahwa agama juga mempunyai dua wajah. Pertama, merupakan keenggaran untuk menyerah kepada kematian, menyerah dan menghadapi frustasi.

Kedua, menumbuhkan rasa permusuhan terhadap penghancuranb ikatan-ikatan kemanusiaan[3]. Fakta yang terjadi dalam masyarakat bahwa “Masyarakat” menjadi lahan tumbuh suburnya konflik. Bibitnya pun bias bermacam-macam. Bahkan, agama bias saja menjadi salah satu factor pemicu konflik yang ada di Masyarakat itu sendiri.

B. Agama dan Indikasi Konflik

Factor Konflik yang ada di Masyarakat secara tegas telah dijelaskan dalam Al-qur’an seperti dalam surat Yusuf ayat 5, disana dijelaskna tentang adanya kekuatan pada diri manusia yang selalu berusaha menarik dirinya untuk menyimpang dari nilai-nilai dan Norma Ilahi. Atau, secara kebih jelas, disebutkan bahwa kerusakan diakibatkan oleh tangan manusia, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Rom ayat 41. Ayat-ayat ini bisa dijadikan argumentasi bahwa penyebar konflik sesungguhnya adalah manusia.

Salah satu cikal bakal konflik yang tidak bisa dihindari adalah adanya perbedaan pemahaman dalam memahami ajaran agama masing-masing pemeluk. Peking tidak konflik terjadi intra Agama atau disebut juga konflik antar Madzhab, yang diakibatkan oleh perbedaan pemahaman terhadap ajaran Agama.

Ada dua pendekatan untuk sampai pada pemahaman terhadap agama. Pertama, Agama di pahami sebagai suatu doktrin dan ajaran. Kedua, Agama di pahami sebagai aktualisasi dari doktrin tersebut yang terdapat dalam sejarah[4]. Dalam ajaran atau doktrin agama, terdapat seruan untuk menuju keselamatan yang dibarengi dengan kewajiban mengajak orang lain menuju keselamatan tersebut. Oleh karena itu, dalam setiap agama ada istilah-istilah Dakwah, meskipun dalam bentuk yang berbeda. Dakwah merupakan upaya mensosialisasikan ajaran agama.

Bahkan, tidak jarang masing-masing agama menjastifikasikan bahwa agamanyalah yang paling benar. Apabila kepentingan ini di kedepankan, masing-masing agama akan berhadapan satu sama lain dalam menegakkan hak kebenarannya. Ini yang memunculkan adanya entimen agama. Dan inilah yang kemudian melahirkan konflik antar agama, bukan intra agama.

Langkah-langkah berikut akan meminimalkan konflik agama yaitu sebagai berikut :

1. Menonjolkan segi-segi persamaan dalam agama, tidak mempedebatkan segi-segi perbedaan dalam agama.

2. Melakukan kegiatan social yang melibatkan para pemeluk agama yang berbeda.

3. Mengubah orientasi pendidikan agama yang menekankan aspek sektoral fiqhiyah menjadi pendidikan agama yang berorientasi pada pengembangan aspek universal rabbaniyah.

4. Meningkatkan pembinaan individu yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang memiliki budi pekerti yang luhur dan akhlakuk karimah.

5. Menghindari jauh-jauh sikap egoisme dalam beragama.[5]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah di jelaskan dapat di tarik beberpa kesimpulan :

a. Menurut Afif Muhammad : Agama acap kali menampakkan diri sebagai sesuatu yang berwajah ganda”. Sebagaimana yang disinyalir oleh John Effendi yang menyatakan bahwa Agama pada sesuatu waktu memproklamirkan perdamaian namun pada waktu yang lain menempatkan dirinya sebagai sesuatu yang di anggap garang dan menyebar konflik.

b. Konflik yang ada di masyarakat adalah akibat dari ulah manusia sendiri sebagaimana di jelaskan dalam al-qur’an surat yusuf ayat 5 dan surat al-rum ayat 41 untuk mencapai pemahaman dalam agama diperlukan dua pendekatan :

Pertama : agama di fahami sebagai suatu doktrin dan ajaran

Kedua : agama di fahami sebagai aktualisasi dari doktrin tersebut yang terdapat dalam sejarah.

B. Saran

Tiada sesuatupun yang sempurna di dunia ini. Demikian halnya dengan makalah yang penulis sajikan masih terdapat banyak kesalahan baik dalam pembahasan maupun penulisan dan itulah salah satu kekurangan penulis. Dari itu semua, kritikan pembangun kualitas seorang penulis harapkan guna perbaikan dalam [embuatan karya tulis selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kahmad, Dadang. 2006. Sosiologi Agama. Bandung : PT. Rosda Karya.

R. Schraf, Betty. 2004. Sosiologi Agama. Jakarta : Prenada Media.

Sangkana, Abu. 2006. Berguru Pada Allah. Jakarta : PT. Patrap Thursina Sejati.



[1] Arif M, Kerukunan Beragama Pada Era Globalisasi, 1997, Bandung, hlm. 1

[2] Johan Efendi. Dialog Antar Umat Beragama, Bisakah Mihakun Teologi Kerukunan Dalam Prisma. Jakarta. 1978. Hlm. 13

[3] Betty R, Schrarf. Sosiologi Agama, Terj. The Sociological Study Of Relegion oleh Drs. Machnun Husein. Jakarta. 2004. Hlm.35

[4] Afifi Muhammad, Op. Cit

[5] Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung, 2006, hlm. 151-152

Thursday, June 3, 2010

PRACTICE GRAMMAR I


1. Articles : a / an or the

Artikel artau kata sambung a / an dan the adalah bagian sebuah kelompok kat yng dinamakan “Determiners”. Biasanya artikel terdapat pada awal susunan kata bendam, sebelum kata sifat.

A/an dinamakan kata sandang atau artikel tak tentu. Artikel digunakan untuk menunjukkan dengan apa kita berhubungan, dengan benda yang kita ketahui keduanya kepada pembaca atau pendengar (Definite/tentu) atau tidak diketahui keduanya (Indefinite/ tak tentu.

Artikel juga dapat menunjukkan apakah kita berbicara tentang sesuatu yang umum ataukah khusus.

A. The yang berarti “you know which one (S)” (yang kamu tahu)

The biasanya berarti sesuatu “seperti yang kamu tahu apa yang aku maksud”. Kita menggunakan kata “The” sebelum kata benda yang kapan pendengar atau pembaca tahu mana hal khusus yang kita bicarakan.

a. Pendengar atau pembaca tahu apa yang kita maksud karena kita telah menyebut sesuatu itu sebelumnya.

Example : She’s got two children, a boy and a girl.

The boy’s fourteen and the girl’s eight.

b. Kita mengatakan yang mana yang kita maksud.

Example : Who’s the girl over there with john?

What did you do with the camera I lent you?

c. Karena hal itu bebas dari situasi yang kita maksud

Example : Could you close the door? (hanya ada satu pintu yang terbuka)

B. The yang berarti hanya satu yang ada

The mungkin pendengar tahu apa yang kita maksud karena tidak ada pilihan, kita berbicara tentang sesuatu yang khusus.

Example : I haven’t see the sun for days.

C. Physical Environment (Lingkungan Fisik)

The juga digunakan dengan sejumlah ekspresi yang berhubungan dengan lingkungan fisik kita atau keistimewaan-keistimewaan umum dalam kehidupan kita.

Example : I love listening to the wind.

D. Superlatives

The juga digunakan dalam kata yang bermakna paling, untuk alas an yang sama biasanya kita juga menggunakan the dengan kata First, next, last, same, dan only.

Example : I’m the oldest in my family dan we went to the same school.

E. Yang berarti “yang terkenal”

Ekspresi (ungkapan) perkenalan dengan the sering digunakan untuk menunjukkan bahwa orang itu adalah seseorang yang terkenal.

Example : She married Richard button, the actor……

Pengunaan a/ an

a. Kita dapat mengunakan a/ an untuk membicarakan tentang orang atau sesuatu yang khusus yang kapan pendengar atau pembaca tidak tahu apa yang kita maksud.

Example : My brother’s going out with a French girl.

b. Kita juga dapat menggunakannya untuk membicarakan seorang anggota sebuah golongan.

Example : A doctor must like people.

c. A/ an yang digunakan setelah kata kerja penghubung (to be) atau untuk pengelompokan orang atau sesuatu.

Example : She is an architect.

2. Determiners

Determiners adalah kata-kata yang terdapat pada permulaan susunan kata benda, Tetapi bukan adjectives. Ada dua kelompok determiners :

a. Determiners A

Kelompok ini menolong untuk mengenalkan sesuatu, apakah pembicara berkata tentang hal khusus atau umum. Yang masuk dalam kelompok ini adalah :

1. Artikel : a/ an, the

2. Possecsiver : my, your, his, her, its, our

3. Demonstratives : this, these, that

Kita tidak dapat meletakkan dua grup determiners A secara bersamaan. Kita bisa berkata “the hpuse”, “my house” tapi tidak bisa “the my house”.

b. Determiners grup B

Sebagian besar kelompok ini adalah “quantifiers”.

Example : some, any, no, each, every, all, both, etc

Beberapa dari determiners grup B ini digunakan dengan kata benda tunggal, beberapa dengan kata benda jamak, kata benda tidak dapat di hitung, beberapa dengan lebih satu macam kata benda.

Kita dapat meletakkan dua determiners grup B bersamaan jikia berkombinasi. Example : we meet every few days

3. Quantifiers

Adalah ungkapan jumlah yang mendahului sebuah kata benda. Beberapa ungkapan jumlah hanya digunakan dengan benda yang dapat dihitung seperti one, each, every, two, both, a couple of, a few, many etc.

Beberapa diantaranya hanya digunakan dengan benda yang tidak dapat dihitung seperti a little, much, a great deal of, dan beberapanya dapat digunakan pada keduanya seperti no, some, any, a lot of, most, all. Example : I ate one apple, I ate some rice

4. Few and a little, fewer/ fewest and less/ east

Ø Few and little

Kita menggunakan (a) little dengan kata tunggal (biasanya kata benda tak dapat di hitung) dan few dengan kata jamak.

Ada sebuah perbedaan antara little da a little, dan di antara few dan a few. Tanpa artikel little dan few biasanya mempunyai arti negative. Example : A little average SMP has little real power, A little da a few lebih positif, maknanya sering memberi kesa ide-ide seperti “better than nothing yakni lebih dari pada tidak sama sekali”.

Example : You don’t need to go shopping, we’ve got a few potatoes and same steak.

Ø Less and fewer

Less adalah perbandingannya little (digunakan khususnya sebelum kata benda tak dapat dihitung).

Fewer adalah perbandingan few (di gunakan sebelum kata benda jamak).

Example : I eam less money than a postman

Less biasa ada sebelum kata benda jamak maupun kata benda tak dapt di hitung, khususnya di sebuah bentuk kata tak formal atau buku

Example : I’ve got less problems than I used to have

Ø Least ad fewest

Least digunkan sebelum kata benda yang tidak dapat di hitung seperti determiner yang berhubungan dengan jumlah. Ini adalah bentuk superlative dari little dan merupakan lawan kata dari most.

Example : I think I probably do the least work in this office

Fewest di gunkan sebelum kata jamak dan ini sebagai superlative dari few.

Example : The translation with the fewest mistakes isn’t always the best.

Leat sering digunakan dari pada fewest sebelum kata benda jamak (____ the least mistake), khususnya pada bentuk yang tidak baku.

5. Substitutions : one and ones

Ø Kita sering menggunkan one daripada mengulang kata benda hitung tunggal tersebut.

Example : Wich is your boy? The one in the blue coat

Ø Untuk mengaitkan salah satu, sesuatu khusus yang sudah di kenali dengan jelas kita menggunakan it bukan one.

Perbandingannya :

Can you lend me a pen? “Sorry, I haven’t got ene” (not “Sorry, I haven’t got it”)

Can I borrow your pen? “Sorry, I need it” (not “Sorry, I need one”)

Ø Sedangkan one mempunyai bentuk jamak yaitu ones

Example : green apples often teste better than red ones

I don’t like to tray on those shoes, which ones??

One (s)(dengan atau tanpa s) dapat di hapus secara langsung ketika jatuh setelah superlative, this, that, these, those dan beberapa determiner lain.

Example : I think my dog’s the fastest (one)

Which (one) sould you like?

Kita tidak bisa menggunakan kata one (s) setelah my, your, same, any, both, sebuah jumlah, a number atc.

Example : Are there any grapes? Yes, I bought some today (not, …….. I bought some ones today)

Kita tidak bisa menggunakan kata one (s) untuk kata benda yang tidak dapat di hitung.

Example : if you haven’t got fresh cream, I’ll take tinned cream (not ……. Tinned one)

6. Substitusion so and do so

Subtitut so digunakan untuk menghindari pengulangan bagian predikat yang hilang dengan kata kerja yang dahulu. Substitusi so jatuh setelah kata kerja be afraid, believe, expect, hope, imagine, say, suppose, tell, think

Example : Do you think it will rain? Yes, I think so (so = it will rain)

Kemudian ungkapan do so kadang digunakan untuk menghindari pengulangan sebuah kata kerja dan merupakan obyek atau pelengkap. Ini biasanya agak formal

Example : put the car away, please. I’ve already done so.

He told me to get out, and I did so as quietly as possible.

Preposition (kata depan)

Preposisi adalah menggologkan bagian cara bebicara pada grammar tradisional. Bagaimanapun, proposisi seperti kata hubung berbeda pada bagian cara berbicara tersebut.

1. Masing-masing proposisi terdiri dari sebuah kelompok kata kecil yang tidak mempunyi cirri khas akhiran resmi.

2. Masing-masing struktur tanda buatan yang berfungsi seperti salah satu bagian cara bicara lain.

Karena alasan ini ahli bahasa modern lebih suka mengelompokkan proposisi seperti struktur kata daripada seperti bagian cara bicara (part of speech).

Proposisi bergerak maksudnya dari arti kata tertentu seperti time, place, etc. kepada semacam struktur murni yang berarti seperti yang di bentuk oleh subyek + verb + complement.

7. Preposition of time (kata depan waktu) at, in, on, since during

Ø At, di gunakan bersama bagin dari hari pada hal yang di pertimbangkan.

Example : I saw him at noon

ü At, di gunkan bersama sebuah jam dan hari.

Example : I saw him at five o’clock

ü At, sering di gunakan sebelum nama bangunan ketika kita tidak memikirkan itu sendiri tapi aktifitas yang terjadi di sana.

Example : there’s a good film at the cinema in market street

ü At juga digunakan sebelum nama kota, jalan, dan juga nama grup aktifitas

ü At digunakan untuk membicarakan tentang posisi suatu hal.

Example : Turn right at the next corner

Ø In, digunakan bersama sebual bulan, tahun, bagian sebuah hari atau cuaca.

Example : I saw him in September

I saw him in 1967

I saw him in the morning

I saw him in ………..

ü In digunakan untuk posisi pada bagian dalam area yang luas dan didalam ruang tiga dimensi (ketika ruang tersebut dikelilingi atas semua sisi).

Example : She grew up in swaziland

I saw her in the car park

Ø On, digunakan untuk membicarakan akan tentang posisi diatas garis.

Example : his house is on the way from Aberdeen to Dundee

ü On di gunakan dengan sebuag hari dan pada sebuah bulan dalam tahun.

Example : I saw him on Saturday

I saw him on september

ü On sebagai proposisi (kata depan) waktu mungkin saja di hilngkan.

Example : I saw him saturday

Ø Since, memberikan permulaan hal. Jika since digunakan dengan present perfect tense, maka akhir hal tersebut adalah sekarang.

Example : I have not seen him since monday

Ø Daring, di gunakn untuk mengatakan kapan sesuatu terjadi.

Example : My father was in Tokyo during the spring

8. Preposition of place (kata depan tempat) above, below, between etc

Ø Above, di rasa lnsung lebih tinggi dari pada hal/ sesuatu.

Example : He lives on the floor above us

Ø Below, di rasa langsung lebih renda dari pada posisi suatu hal.

Example : He lives on the floor below us

Ø Between, keadaan seseorang atau benda pada satu sisi hal yang mempunyai dua sisi (berada di antara dua sisi)

Example : He sat between his two sons

Jika lebih dari dua orang atau benda, yang posisinya di sekitar hal maka menggunakan among (di kelilingi)

Example : He sat among all his grand children

9. Prepotision used for conection (of, with, by, with) kata depan untuk penghubung

By dan with keduanya digunakan untuk mengatakan bagaimana seseorang melakukan sesuatu, tetapi ada sebuah perbedaan penting.

Kita menggunakan by ketika kita berbicara tentang tindakan (apa yang kita lakukan untuk mendapatkan hasil).

Sedangkan kita menggunakan with ketika kita berbicara tentng alat atau obyek lain (apa yang kita gunakan untuk mendapatkan hasil). Lihat perbandingannya

Example : I killed the spider by hitting it

I killed the spider with a shoe

Ø Pada bentuk pasif, bu memperkenalkan perantara (orang atau barang yang melakukan tindakan)

Example : I was interviewd by three directors

Ø By dapat berarti “not later than” (tidak belakangan dari pada)

Example : I’ll be home by five o’clock (at or befor five)

Ø By dapat juga memberi kesan “maju ke waktu yang khusus”

Example : by the end of the meal, every body has drunk

With

Ø With digunakan pada sejumlah ungkapan yang mana menyebtukan bagaimana orang-orang menunjukkan emosi dan senasinya.

Example : My father was trembling with rage

When I found he she was blue with cold

Ø With juga digunakan setelah sejumlah kata sifat yang mengatakan bagaimana perasaan orang kepada lainnya.

Example : You’re very patient with me

10. Preposition for exception (except (for), without) kata depan untuk pengecualian

Kita menggunakan except (for) dengan atau tanpa for setelah pernyataan umum, khususnya setelah kata-kata umum seperti all, every, no, everything, anybody.

Example : He ate everything on his plate except (for) the beans.

Except (for) hanya digunakan untuk pengecualian keumuman. Pada lain keadaan without / but for kemungkinan lebih baik, perbandingan

Example : No body helped me except you

Without your help. I would have failed

DAFTAR PUSTAKA

Swan, Michael. 1996. Practical English Usage. Oxford : University Press

Frank, Marcella. 1972. Modern English. Apractical Reference Guide. New Jersey. Englewood Cliffs Prentice. Hall. Inc