TEKS

SELAMAT DATANG DAN JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU & KOMENTAR YA.....

Wednesday, December 15, 2010

KONSEP DASAR EVALUASI TEKHNOLOGI PEMBELAJARAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Oleh : Muhammad zainudin, Yunan hilmi as shidiqy,

M. Nasrul amin, Husain adi putra

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Evaluasi merupakan bagian integral dari seluruh proses penggunaan media pembelajaran. Evaluasi merupakan suatu tahap yang mesti dilewati/ dilakukan. Ia adalah proses penentuan kesesuaian pembelajaran dan belajar (Seel dan Richey, 1994: 138).

Kalau belajar diartikan sebagai proses interaksi dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku pengetahauan (kognitif), ketrampilan (prikomotorik) atau sikap (afektif) maka belajar tidak harus dipersyaratkan dengan adanya guru yang mengajar. Interaksi dengan media (sebagai salah satu lingkungan belajar) dapat menjadi sumber belajar bagi siapa saja (Sadiman, dkk, 2007:1-3). Dan penilaian atau evaluasi media pembelajaran bertujuan untuk melihat apakah penggunaan media itu bisa membentuk atau mempengaruhi tingkah laku pebelejar atau tidak.

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari evaluasi ?

2. Apakah yang di evaluasi dalam tekhnologi pembelajaran dan media pembelajaran ?

3. Bagaimanakah proses evaluasi terhadap tekhnologi pembelajaran dan media pembelajaran ?

4. Bagaimanakah tahap – tahap dalam evaluasi ?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Evaluasi

Secara terminologi evaluasi pendidikan adalah proses kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.dan usaha untuk mencari umpan balik bagi penyempurnaan pendidikan.

Edwind Wandt dan Gerald w. Brown (1977) mengatakan bahwa evaluasi pendidikan adalah: evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Sesuatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.Dari pendapat yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown yang memberikan definisi tentang Evaluasi pendidikan, maka evaluasi pendidikan itu sendiri dapat diartikan Suatu tindakan atau kegiatan ( yang dilaksanakan dengan maksud untuk) atau suatu proses ( yang berlangsung dalam rangka ) menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan(yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan atau yang terjadi dilapangan pendidikan).

2. Evaluasi Terhadap Media PembelajaranDan Tekhnologi Pembelajaran

Pertanyaan pokok yang diajukan apabila orang melakukan evaluasi terhadap media dan tekhnologi pembelajaran adalah apa yang harus dievaluasi? Pertanyaan ini mengharuskan setiap evaluator untuk melihat kembali fungsi dan prinsip penggunaan media. Mengevaluasi penggunaan media berarti mengkonfrontortir (melihat) kembali antara fungsi dan prinsip dengan hasil yang dicapai dalam pembelajaran.

Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, aspek psikologis perlu dipertibangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat orang memiliki gaya belajar berbeda. Menurut Michael Gardner (dalam Syukur, 2005: 22) ada tiga gaya belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).

Dengan demikian, untuk melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, hal-hal tersebut turut dipertimbangkan. Dibawah ini disebutkan beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan apabila orang melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran.

1) relevan dengan tujuan pendidikan atau pembelajaran

2) persesuain dengan waktu, tempat, alat-alat yang tersedia, dan tugas pendidik,

3) persesuaian dengan jenis kegiatan yang tercakup dalam pendidikan,

4) menarik perhatian peserta didik,

5) maksudnya harus dapat dipahami oleh peserta didik,

6) sesuai dengan kecakapan dan pribadi pendidik yang bersangkutan.

7) kesesuaian dengan pengalaman atau tingkat belajar yang dirumuskan dalam syllabus

8) keaktualan (tidak ketinggalan zaman),

9) cakupan isi materi atau pesan yang ingin disampaikan

10) skala dan ukuran

11) bebas dari bias ras, suku, gender, dll.

Secara singkat, Walker dan Hess (dalam Arsyad, 2007: 175-176) menyebutkan tiga kriteria utama dalam mereviu media pembelajaran (perangkat lunak) yakni kualitas isi dan tujuan, kualitas instruksional, dan kualitas teknis. Kualitas isi dan tujuan berkaitan dengan ketepatan, kepentingan, kelengkapan, keseimbangan, minat/perhatian, keadilan, kesesuaian dengan situasi siswa; Kualitas instruksional berkaitan dengan pemberian kesempatan belajar dan dan bantuan belajar kepada siswa, kualitas memotivasi, fleksibilitas instruksional, hubungan dengan program pembelajaran lainnya, kualitas sosial interaksi instruksional, kualitas tes dan penilaian, dapat memberi dampak kepada siswa, dapat memberi dampak bagi guru dan pembelajarannya; dan kualitas teknis berkaitan dengan keterbacaan, mudah digunakan, kualitas tampilan/tayangan, kualitas penanganan jawaban, kualitas pengelolaan program dan kualitas pendokumentasian.

3. Proses Evaluasi Tekhnologi Pembelajaran Dan Media Pembelajaran

Evaluasi terhadap media (apa saja) dan tekhnologi pembelajaran tidak saja dinilai setelah dipakai tetapi juga perlu dibuat sebelum digunakan secara luas. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media dan tekhnologi yang dibuat dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat banyak orang yang beranggapan bahwa sekali membuat media dan tekhnologi pasti seratus persen ditanggung baik. Anggapan ini mungkin didasarkan pada hipotetsis bahwa media dan tekhnologi yang dibuat dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik. Namun demikian hipotesis tersebut semestinya perlu dibuktikan dengan menguji cobanya ke sasaran yang dimaksud.

Untuk merealisaikan hal ini ada dua macam bentuk pengujicobaan media yakni evaluasi formatif dan sumatif. Pertama, evaluasi formatif. Evalusia formatif adalah proses mengumpulkan data tentang efektivitas dan efisiensi bahan-bahan pembelajarn (termasuk didalamnya media), tujuannya dalah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksud untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan lebih efektif dan lebih efisien. Kedua, evaluasi sumatif. Dalam bentuk finalnya, setelah diperbaiki dan disempurnakan perlu dikumpulkan data. Hal itu untuk menentukan apakah media yang dibuat patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu. Selain itu juga bertujuan untuk menentukan apakah media tersebut benar-benar efektif seperti yang dilaporkan.

Kegiatan evaluasi dalam pengembangan media pembelajaran akan dititikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif. Adanya komponen evaluasi dalam proses pengembangan media pembelajaran membedakan prosedur emperis ini dari pendekatan-pendekatan filosofis dan teoretis. Efektivitas dan efisiensi media yang dikembangkan tidak hanya bersifat teoretis tetapi benar-benar telah dibuktikan.

4. Tahap –Tahap Evaluasi

Ada tiga tahap evaluasi formatif yaitu evaluasi satu lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation).

1) Evaluasi Satu lawan Satu (One to One)

Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang siswa (tidak lebih dari tiga orang) yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya, sementara pengembang (developer) mengamatinya. Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang bermemampuan yang umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lagi diatas rata-rata. Dengan kata lain, dalam menentukan kelompok ini variasi kemampuan akademis populasi target dipertimbangkan.

Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1) Jelaskan kepada siswa bahwa designer sedang merancang suatu media baru dan ingin mengetahui bagaimana reaksi siswa terhadap media yang sedang dibuat.

2) Menjelaskan kepada siswa bahwa apabila nanti siswa berbuat salah, hal itu bukanlah karena kekurangan siswa, tetapi kekurangsempurnaan media tersebut, sehingga perlu diperbaiki.

3) Diusahakan agar siswa bersikap rileks dan bebas mengemukakan pendapatnya tentang media tersebut.

4) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa terhadap topik yang dimediakan.

5) Menyajikan media dan mencatat lamanya waktu yang dibutuhkan, termasuk siswa untuk menyajikan/mempelajari media tersebut, catat pula bagaimana reaksi siswa dan bagian-bagian yang sulit untuk dipahami, apakah contoh-contohnya, penjelasannya, petunjuk-petunjuknya, ataukah yang lain.

6) Memberikan tes (posttest) untuk mengukur keberhasilan media tersebut

7) Analisis informasi yang terkumpul

Beberapa informasi yang dapat diperoleh melalui kegiatan ini antara lain kesalahan pemilihan kata atau uraian-uraian yang tidak jelas, kesalahan dalam memilih lambang-lambang visual, kurangnya contoh, terlalu banyak atau sedikitnya materi, urutan penyajian yang keliru, pertanyaan atau petunjuk kurang jelas, tujuan tak sesuai dengan materi, dan sebagainya.

Jumlah dua orang untuk kegiatan ini adalah jumlah minimal. Setelah selesai, dapat dicobakan kepada beberapa orang siswa yang lain dengan prosedur yang sama.Selain itu dapat juga dicobakan kepada ahli bidang studi (content expert). Mereka seringkali memberikan umpan balik (feedback) yang bermanfaat. Atas dasar atau informasi dari kegiatan-kegiatan tersebut akhirnya revisi media dilakukan sebelum dicobakan.

2) Evaluasi Kelompok Kecil (Small Group Evaluation)

Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang siswa yang dapat mewakili populasi target. Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab kalau kurang dari jumlah tersebut data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan populasi target. Sabaliknya jika lebih dari 12, data atau informasi melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaat untuk dianalisis dalam kelompok kecil.

Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi.Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan latar belakang.

Prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1) Designer bahwa media tersebut berada pada tahap formatif dan memerlukan umpan balik (feedback) untuk menyempurnakannya.

2) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan siswa tentang topik yang disediakan. Sajikan media atau meminta kepada siswa untuk mempelajari media tersebut.

3) Designer mencatat waktu yang diperlukan dan semua bentuk umpan balik (feedback) baik langsung maupun tak langsung selama penyajian media.

4) Memberikan tes (posttest) untuk mengetahui sejauh mana tujuan dapat dicapai

5) Memberikan atau membagikan kuesioner dan meminta siswa untuk mengisinya. Apabila memungkinkan, adakan diskusi yang mendalam dengan beberapa siswa. Beberapa pertanyan yang perlu didiskusikan antar lain: (a) menarik tidaknya media tersebut, apa sebabnya, (b) mengerti tidaknya siswa akan pesan yang disampaikan, (c) konsistensi tujuan dan meteri program, cukup tidaknya latihan dan contoh yang diberikan. Apabila pertanyan tersebut telah ditanyakan dalam kuesioner, informasi yang lebih detail dan jauh dapat dicari lewat diskusi.

6) Menganalisa data yang terkumpul. Atas dasar ini umpan balik semua ini, media dapat dilakukan penyempurnaan.

3) Evaluasi Lapangan (Field Evaluation)

Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan diusahakan situasinya semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media yang dibuat sudah mendekatki kesempurnaan. Namun dengan hal itu masih harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang kita buat itu diuji. Dalam melakukan evaluasi lapangan seorang designer memilih sekitar 30 orang siswa sambil memperhatikan beragam karakteristik seperti kepandaian, kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar, dsbnya sesuai dengan karakteristik sasaran.

Satu hal yang perlu dihindari baik untuk dua tahap evaluasi terdahulu dan terutama untuk evaluasi lapangan adalah apa yang disebut “efek halo” (hallo effect). Situasi seperti ini muncul apabila media dicobakan pada kelompok responden yang salah. Maksudnya kita dapat membuat program film bingkai atau transparansi OHP dan film kepada siswa-siswa yang belum pernah memperoleh sajian dengan transparansi atau melihat film. Pada situasi seperti ini, informasi yang diperoleh banyak dipengaruhi oleh sifat kebaruan tersebut sehingga kurang dapat dipercaya.

Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

1) Mula-mula designer memilih siwa-siwa yang benar-benar mewakili populasi target, kira-kira 30 orang siswa. Usahakan agar mereka mewakili berbagai tingkat kemampuan dan ketramnpiulan siswa yang ada. Tes kemampuan awal (pretest) perlu dilakukan jika karakteristik siswa belum diketahui. Atas dasar itu pemilihan siswa dilakukan. Akan tetapi, jika designer benar-benar mengenal siswa-siswa yang akan dipakai dalam uji coba, maka tes itu tidak pelu dilakukan.

2) Designer menjelaskan kepada siswa maksud uji lapangan tersebut dan apa yang harapkan designer pada akhir kegiatan. Pada umumnya siswa tak terbiasa untuk mengkritik bahan-bahan atau media yang diberikan. Hal itu karena siswa beranggapan sudah benar dan efektif. Usahakan siswa bersikap rileks dan berani mengupayakan penilaian. Jauhkan sedapat mungkin perasaan bahwa uji coba menguji kemampuan siswa.

3) Memberikan tes awal untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan keteramnpilan siswa terhdap topik yang dimediakan.

4) Menyajikan media tersebut kepada siswa. Bentuk penyajiannya tentu sesuai dengan rencana pembuatannya; untuk prestasi kelompok besar, untuk kelompok kecil atau belajar mandiri.

5) Designer mencatat semua respon yang muncul dari sisiwa selama kajian. Begitu pula, waktu yang diperlukan.

6) Berikan tes untuk mengukur seberapa jauh pencapaian hasil belajar siswa setelah sajian media tersebut. Hasil tes ini (posttest) dibandingkan dengan hasil tes pertama (pretest) akan menunjukan seberapa efektif dan efisien dari media yang dibuat.

7) Memberikan kuesioner untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa terhadap media tersebut dan sajian yang diterimanya.

8) Designer meringkas dan menganalisis data-data yang telah diperoleh dengan kegiatan-kegiatan tadi. Hal ini meliputi kemampuan awal, skor test awal dan tes akhir, waktu yag diperlukan, perbaikan bagian-bagian yang sulit, dan pengayaan yang diperlukan, kecepatan sajian dan sebagainya.

9) Setelah `menempuh ketiga tahap ini dapatlah dipastikan kebenaran efektivitas dan efisiensi media yang kita buat.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebuah media yang telah dirancang perlu dilakukan evaluasi seperlunya, termasuk media yang dirancang oleh seorang ahli designer. Sebab sebuah media yang dihasilkan oleh seorang ahli dalam bidang media tidak secara otomatis bersifat efektif dan efisien untuk menyampaikan pesan kepada pemakai media (siswa). Kehebatan seorang perancang media tidak hanya terletak pada kemahirannya merancang sebuah mediaa tetapi juga keuletannya melewati tahap-tahap atau proses evaluasi. Dan dalam melewati proses/tahap-tahap evaluasi tersebut seorang perancang media niscaya berhubungan dengan orang lain, baik secara pribadi (siswa/ahli lain) maupun kelompok (kecil dan besar).

Melalui proses itulah sebuah media layak digunakan/dipakai kendatipun dalam kurun waktu tertentu, media tersebut masih bisa dievalusi kembali, hal itu tergantung kepada karakyteristik dan latar belakang para pengguna media tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Heinich, R., Molenda, M., Rusel, J.D., Smaldino, S.E ( 2002). Instructional Media and Technology for Learning. Epper Saddle River, NJ: Pearson

No comments:

Post a Comment