TEKS

SELAMAT DATANG DAN JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU & KOMENTAR YA.....

Wednesday, May 5, 2010

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Oleh : Ria, Ana, I’in, Fitri, Zila, Zia, Ulya, & Zahro

A. Alasan Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi ilmiah dari pengetahuan melalui hubungan didalam dan diluar kelas. Suatu pendekatan kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaranyang dipelajari siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan serta berhubungan bagaimana seseorang belajar sehingga pembelajaran selain lebih bermakna juga lebih menyenangkan untuk mencapai tujuan, mereka menggunakan pengalaman dan pengamatan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru dan selanjutnya siswa memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam konteks diluar sekolah untuk menyelesaikan permasalahan dunia nyata yang kompleks baik secara mandiri maupun dengan berbagai kombinasi dan struktur kelompok. CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih memperhatikan karateristik siswa atau daerah pembelajaran.

Adapun beberapa alasan yang menunjang kerelevansian penerapan CTL adalah:

a. Adanya pandangan yang mendominasi bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.

b. Kondisi kelas yang masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar untuk diperlikan strategi baru yang lebih memberdayakan siswa sebuah strategi yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan pengalaman dibenak mereka sendiri.

c. Berdasarkan landasan filosofis contruktivisme, CTL dianggap sebagai guru alternative strategi belajar mengajar yang baru. Dalam strategi ini siswa diharapkan belajar melalui "mengalami" bukan menghafal.

B. Strategi Pembelajaran CTL

Dalam pembelajaran kontekstual diperlukan strategi pembelajaran sebagai berikut:

a. Menekankan pada pemecahan masalah, pembelajaran kontekstul

dapat dimulai dengan suatu stimulus atau masalah nyata, masalah yang dimaksud adalah masalah yang relevan dengan keluarga siswa, pengalaman, sekolah, tempat kerja dan masyarakat yang memiliki arti penting bagi siswa

b. mengakui kebutuhan pembelajaran diberbagai konteks, misalnya dirumah, masyarakat dan pembelajaran yang berdiri

c. mengontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa sehingga mereka menjadi pembelajar yang mandiri, untuk itu siswa harus diperkenalkan melalui uji coba menggunakan waktu dan struktur materi, untuk refleksi dan memperoleh dukungan yang cukup serta bantuan yang cukup serta bantuan untuk berubah di pembelajaran dependen menjadi pembelajaran yang independent.

d. Bermuara pada keragaman konteks hidup yang dimiliki siswa. Kerja sama tim dan aktifitas kelompok belajar didalam proses pembagian kontekstual sangatlah menghargai keragaman siswa, memperluas perspektif dan membangun ketermpilan interpersonal (berfikir melalui berkomunikasi dengan orang lain)

e. Mendorong siswa untuk belajar dari sesamanya dan bersama-sama atau menggunakan belajar independen, siswa akan dipengaruhi dan sekaligus berkontribusi terhadap pengetahuan dan kepercayaan orang lain.

C. Karakteristik dan keunggulan CTL

Karakteristik dan keunggulan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL)diketahui melalui antara perbedaan kontekstual dengan pola pembelajaran tradisional sebagaimana berikut:

v Tradisional

· Menyandarkan pada hafalan

· Cenderung berfokus pada satu bidang disiplin tertentu

· Memberikan tumpukan informasi siswa sampai pada saatnya diperlukan

v Kontekstual

· Menyandarkan pada nencori spasial

· Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang disiplin

· Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa

Dari perbedaan diatas tampak bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada kebutuhan siswa, pemberdayaan potensi siswa, peningkatan kesadaran diri, penyampaian ilmu-ilmu yang fungsional bagi kehidupan dan penilaian yang mengukur penguasaan ilmu secara tuntas. Hal itu berbeda dari pendekatan pembelajaran tradisional yang lebih menekankan pada materi atau isi, dominasi peran guru, penyampaian pengetahuan yang factual dan menilai posisi siswa pada kelompok.

D. Implementasi Pembelajaran Kontekstual

Sebuah proses dikatakan menggunakan pendekatan CTL apabila telah menerapkan beberapa komponen dengan implementasi masing-masing yaitu:

1. Kontruktivisme

Merupakan landasan berfikir pendekatan CTL yakni pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteksnya, siswa harus mengotruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalamannya. Kontruktivisme lebih di implementasikan pada tugas atau peran guru dikelas yaituguru dituntut menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

2. Bertanya

Pengetahuan yang dimiliki seseorang bermula dari pertanyaan. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Kegiatan ini di implementasikan untuk menggali informasi baik administrasi maupun akademis, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon pada siswa, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

3. Menemukan (inquiry)

Penemuan meruoakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran CTL pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil menemukan sendiri.

4. Masyarakat belajar (learning community)

Dalam pendekatan pembelajaran kontekstual pengembangan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan cara membentuk kelompok kecil atau besar, mendatangkan ahli kelas, bekerja dengan kelas sebaya, bekerja dengan kelas diatasnya.

5. Pemodelan (modeling)

Di implementasikan dengan menampilkan lebih banyak contoh-contoh tindakan yang terkait langsung dengan materi pelajaran.

6. Refleksi (reflection)

Cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Guru berperan membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan baru dengan refleksi itu siswa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajari.

7. Penilaian sebenarnya (authentic assessment)

Proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa. Ini dapat di implementasiakn dengan kegiatan evaluasi hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Sudirman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual Di Kelas. Jakarta:Cerdas Pustaka Publisher

No comments:

Post a Comment